Jumat, 17 Januari 2014

Luncurkan Buku, Anas Tulis Surat dari Dalam Penjara

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah buku berjudul "Janji Kebangsaan Kita" karya mantan Ketua Umum DPP Demokrat Anas Urbaningrum diluncurkan pada hari ini, Jumat (17/1/2014), di Rumah Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), Duren Sawit, Jakarta Timur. Peluncuran buku ini tanpa kehadiran Anas yang kini ditahan di Rumah Tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi karena terjerat kasus dugaan korupsi terkait proyek Hambalang.


Kompas.com/SABRINA ASRIL Peluncuran buku Anas Urbaningrum berjudul
Meski tak hadir, sebuah surat dituliskan Anas dari dalam tahanan. Sekretaris Jenderal PPI Gede Pasek Suardika, yang juga teman dekat Anas, membaca surat tersebut. Surat itu ditulis Anas pada 16 Januari 2013 dan ditujukan untuk para kader PPI di seluruh Indonesia.

Berikut isi surat tersebut:

Kepada yang terhormat:
Para sahabat aktivis PPI dan kaum pergerakan.

Assalamu'alaikum Wr, Wb.

Salam sejahtera untuk kita semua

Alhamdulillah, kondsi saya sehat dan tidak kurang apa pun juga. Yang berkurang adalah kebebasan ruang, dan kebebasan lain. Meski dalam kondisi kesempitan, tidak dianggap sebagai suatu hal yang serius. Tidak ada yang berkurang pada keyakinan dan optimisme pada masa depan yang lebih baik.

Saat jadi saya mundur dari Partai Demokrat, itu halaman terakhir di Partai Demokrat yang saya cintai. Tapi itu bukan halaman akhir bagi negara ini, masih ada halaman berikutnya. Maka sebuah buku kehidupan seluas perjuangan kehidupan itu sendiri. Salah satu hal yang kita lakukan, menggali, menghidupkan dan mengembangkan semangat pergerakan Indonesia yang lebih baik. Ini yang kita sepakati sebagai PPI. PPI sebagai cara untuk terus mencintai, bekontribusi, bekerja, dan beramal untuk Indoensia.

Sejak awal, PPI kita buat sebagai sebuah organisasi sesungguhnya dengan modal semangat, tekad, keyakinan, dan juga nekad. Kita sepakat PPI itu bagian dari kita untuk menjadikan bangsa Indonesia lebih baik. Kita berharap PPI go public jadi milik masyarakat Indonesia.

Sejak awal, saya tegaskan bahwa PPI tidak boleh identik dengan Anas dan Anas tidak identik dengan PPI. PPI tidak boleh jadi properti Anas dan keluarga Anas. PPI tidak boleh jadi properti bagi perintis, pendiri, dan penggaasnya. Smoga kelak, PPI jadi bayi sehat yang terus tumbuh menjadi energi bagi bangsa Indonesia lebih baik.

PPI tidak boleh tergantung Anas, nasib PPI bukan nasib Anas. Anas hanya bagian kecil PPI dan kerja-kerja yang harus dilakukan. Saya berharap nasib PPI adalah nasib Indonesia bermasa depan. Pergerakan ini adalah ikhtiar politik meski berat dan sulit bertujuan untuk membuka sejarah untuk kemudahan bersama. Jika kita mulai dari kesulitan, Insyallah hasilnya kemudahan untuk orang banyak.

Dalam perjuangan itu, saya tidak pernah surut semangat. Tidak ada argumentasi saya untuk ke belakang, dan lempar handuk. Saya tetap bersama teman-teman untuk memajukan PPI, meski kita dibatasi ruang dan jarak. Jika sejarah menghendaki, kelak apa yang kita kerjakan akan jadi monumen hidup, dan menghidupkan Indonesia.

Saya berpesan PPI harus:
1. menjaga motivasi, idealisme untuk majukan pergerakan
2. menjaga terus soliditas, kekompakan rasa saling percaya, rasa saling menolong di antara aktivis perubahan
3. menjaga terus sikap, hindari permusuhan dan kebencian. Sikap kritis harus jauh lebih dikedepankan daripada kebencian.
4. teruskan konsolidasi dengan teman-teman di daerah agar pemikiran dan gagasan bisa tersebar luas
5. lanjutkan tradisi memajukan tindakan, amal pikiran bagi masy yang dibutuhkan Apa yang kita rawat bersama, akan jadi bibit yg sehat dan meyehatkan Indonesia. Kita tidak perlu memikirkan siapa yang menikmatinya seperti petani yang tak peduli siapa yang menikmati berasnya. Yakinlah pula, bahwa kita mendapat amanat, nikmat, dalam merintis bayi kecil bermama PPI. Ini tanggung jawab bersama agar kelak jadi manusia dewasa yang kaya akan amal.

Terus bergerak!

Salam pergerakan.
16 Januari 2014
Sahabatmu, Anas Urbaningrum
Share this article now on :

Posting Komentar