Minggu, 07 Desember 2014

Kios Kebenaran

    Ketika aku melihat papan nama pada kios  itu,  hampir-hampir
    aku  tidak  percaya  pada  apa  yang kubaca: "KIOS KEBENARAN".
    Mereka menjual kebenaran di sana!

    Gadis penjaga kios bertanya  dengan  amat  sopan:  kebenaran
    macam apa yang ingin kubeli, sebagian kebenaran atau seluruh
    kebenaran? Tentu saja seluruh  kebenaran!  Aku  tidak  perlu
    menipu  diri,  mengadakan  pembelaan diri atau rasionalisasi
    lagi. Aku menginginkan kebenaranku: terang,  terbuka,  penuh
    dan  utuh.  Ia  memberi isyarat, agar aku menuju bagian lain
    dalam kios itu, yang menjual kebenaran yang utuh.

    Pemuda penjaga kios yang ada di sana memandangku dengan rasa
    kasihan  dan  menunjuk  kepada  daftar harga. 'Harganya amat
    tinggi Tuan,'  katanya.  'Berapa?'  tanyaku  mantap,  karena
    ingin mendapat seluruh kebenaran, berapapun harganya. 'Kalau
    Tuan membelinya,' katanya.  'Tuan  akan  membayarnya  dengan
    kehilangan semua ketenangan dalam seluruh sisa hidup Tuan.'

    Aku  keluar  dari  kios  itu  dengan rasa sedih. Aku mengira
    bahwa aku dapat memperoleh seluruh  kebenaran  dengan  harga
    murah.    Aku   masih   belum   siap   menerima   kebenaran.
    Kadang-kadang aku  mendambakan  damai  dan  ketenangan. 
    Aku masih   perlu   sedikit   menipu  diri  dengan  membela  dan
    membenarkan  diri.  Aku  masih  ingin  berlindung  di  balik
    kepercayaan-kepercayaanku yang tak boleh dipertanyak

 (Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)
Share this article now on :

Posting Komentar