Sabtu, 20 Desember 2014

Larantuka: Ponsel Mentari, dan IM3


Tahun-tahun awal abad ke 21 [2000-an], tidak seperti kota lain di Flores, Maumere misalnya, telepon selular [ponsel] sudah dapat dioperasikan. Memang di Larantuka saat itu, sudah terbangun satu-satunya BTS [Tower] milik Telkomsel persis berada di belakang Stadion Ile Mandiri. Tetapi belum beroperasi. Kebutuhan telekomunikasi menjadi kendala terutama wilayah ini. Pasalnya banyak keluarga Lamaholot menjadi buruh migrant. Seperti di Malaysia dan daerah-daerah lain di Indonesia. Juga ada begitu banyak yang menyekolahkan anaknya di luar Larantuka.

Satu-satunya komunikasi saat itu hanya melalui telepon rumah. Tapi tentu saja masih sedikit rumah tangga yang tersambung. Sehingga harus membuat janjian dulu untuk dapat berkomunikasi, meski harus menunggu berjam-jam lamanya di rumah pemilik telepon. Bahkan hingga tengah malam menunggu tarif termurah. Pilihan praktisnya hanya ponsel.

Meski belum beroperasi jaringannya, tapi demam ponsel sangat mewabah. Ada beberapa yang bahkan sudah memiliki ponsel. Dan karena keinginan begitu kuat, rela ke Maumere untuk sekadar dapat menggunakan ponsel. Bagi mereka yang memiliki sanak-saudara buruh migrant di luar negri, merekapun telah dikirimi ponsel. Mungkin sebagai persiapan jika jaringan telah beroperasi.

Begitu juga dengan Philomena, gadis Larantuka berusia 19 tahun. Ia dikirimi ponsel dari abang tertuanya yang cukup mapan di Jakarta. Karena ingin mengoperasikan ponsel, pemudi ramah ini menanyakan hal ikhwal ponsel kepada Betty. Betty dikenal sebagai gadis yang selalu mengikuti perkembangan. Juga karena Betty baru setahun kembali dari Surabaya sejak  5 tahun yang lalu. Gayanya masih kekota-kotaan. Terlihat jelas dari cara berpakaian dan ucapan-ucapannya. Dan sangat modis.

Saat menemui Betty, Philomena merasa sangat tepat. Ia mendapati Betty dan 2 teman wanitanya sedang ngobrol tentang ponsel. Getrudis dan Ance tampak begitu tertarik dengan apa yang sedang dibicarakan Betty. Tentu saja, Betty sangat mendominasi pembicaraan itu. Ia tampak berwawasan luas seluk-beluk ponsel. Philomena kegirangan saat bergabung. Itu nampak jelas dari senyumnya yang tiba-tiba merekah.

"Kaka Betty, Philomena mau minta tolong dikit. Kebetulan kaka mereka juga sedang bahas ponsel."
"Ia. Mau dibantu apa Mena?", begitulah sapaan Philomena.
"Begini kaka, 3 hari yang lalu abangnya Mena yang di Jakarta itu, kirimi Mena ponsel. Katanya abang, biar kami bisa lebih gampang berkomunikasi. Tapi Mena bingung. Bagaimana caranya?"
"Oh... Coba kaka lihat ponselnya. Mena bawakan?"
"Ia kaka. Ini...", seraya Mena menyerahkannya masih dalam kotak [kemasan].

Bettypun membuka kotak diikuti gerakan Getrudis dan Ance mendekati ingin menyaksikan seperti apa bentuk ponsel itu. Maklum berdua belum pernah melihat langsung apalagi memeganggnya.

"Betty ponselnya merek apa?", tanya Getrudis penasaran, diamini oleh Ance.
"Sabar ya... Saya juga baru lihat yang modelnya begini", Betty tampak mulai mengamati lebih seksama.
"Ini dia. Mereknya Motorola", ujar Betty sambil membaca yang tertulis pada kotak. Pantasan yang dibolak-balik dari tadi ponselnya, batin Betty.

"Mena, harganya berapa?", tanya Ance.
"Paling ponsel ini sekitar Rp.1.000.000....", potong Betty.
"Mena sich tidak tau persisnya, kaka Ance. Tapi menurut abang, harganya RP.2.150.000."
"Oh.....", terdengar serentak dari mulut ketiga gadis matang itu.
"Wah senangnya bisa punya ponsel seperti ini", aku Getrudis.

"Masih murah. Sebenarnya masih ada lagi yang lebih keren. Saya pernah pake", potong Betty.
"Oh jadi Betty dulu pernah pakai ponsel?", tanya Ance.
"Ia. Waktu masih di Surabaya. Malah saya pernah punya dua.."
"Terus kenapa tidak dibawa?", kejar Ance.
"Tidak ada guna juga. Larantuka kan belum ada tower ponsel?", jawab Betty.
"Sayang lho.. padahalnya sekarang sudah ada", ujar Ance.
"Syukurlah kalau kaka sudah pernah punya. Mereknya apa kaka Betty?", tanya Mena berharap Betty segera dapat mengaktifkan ponselnya.
"Sedikit lebih mahal dari punya Mena. Rp.2.500.000 dan Rp.2.750.000. Karena memang barang bermerek. Bukan Motorola. Yang pertama mereknya MENTARI. Hanya setahun saya pake. Yang kedua, mereknya IM3", terang Betty bangga.
"Keren mati.....!", seru Getrudis.

Hahahahahahahaha @#!%&)#@?


Share this article now on :

Posting Komentar