Minggu, 14 Desember 2014

Merasakan Situasi Pelamar kerja

Seorang Sarjana IT mengikuti seleksi Kepala Departemen Program sebuah perusahaan IT ternama.  Lulusan luar negeri ini memang  cerdas dengan IP=3,3. Beberapa tahapan seleksi, berupa ujian tertulis dan praktek, dengan mulus dilaluinya. Kini giliran tahap terakhir, interview.

"Apakah saudara memilki account social media?"
"Ya, saya memiliki."
"Bisa disebutkan?"
"Saya punya dua. facebook dan Twitter."
"Apa yang anda gunakan dengan kedua account itu?"
"Saya hanya menulis status saja."
"Berapa kali dalam sehari saudara update status?"
"Sekitar 25 kali."
"25 itu untuk account yang mana?"
"Untuk keduanya."
"Hmmmmm..."

"Dan berapa kali anda berdoa dalam sehari?"
"Hmmmmm... Kalau itu 25 kali juga."
"25 kali? Apakah karena 25 itu angka keberuntungan anda atau anda menyukai kesamaan?"
"Tidak. Status saya di media sosial itu hanya berisi doa. Dan saya hanya tulis di salah satu account saja. Secara otomatis terkirim di kedua account tersebut."

Beberapa menit kemudian, masih dihadapan si penanya:
"Baiklah. Kami akan langsung sampaikan hasilnya."
"Saudara seorang sarjana IT dengan IP yang tinggi. Miliki 2 account social media dan hanya digunakan untuk menulis status saja, dan itu hanya berisi doa."
"Maka kami sangat menyesal. Saudara tidak cocok bekerja di perusahaan kami. Saudara lebih sukses menjadi pewarta cyber. Maafkan kami dan terima kasih."
"Tak masalah. Sama-sama". Setelah berjabat tangan dengan senyum , sarjana itupun menuju pintu keluar masih dengan senyum di bibirnya.

Tiba di lobby, masih dalam pandangan si penanya, sang pelamar itu dikerumuni cukup banyak awak media, termasuk media IT. Penanya itupun kaget dan coba mendekati.
"Jujur saja, semula kami sangsi, apakah benar anda yang mengikuti seleksi ini. Tapi mengapa orang seperti anda mau mengikuti seleksi ini?", tanya seorang reporter media TV Berita Nasional.
"Sederhana saja. Saya ingin merasakan pengalaman berada dalam situasi para pelamar. Dan sekarang, tujuan itu tercapai. Saya sudah tahu bagaimana situasi itu", dan bergegas menuju mobil hitam yang baru saja tiba.

Dengan penasaran yang tinggi, si penanya itu mendekati reporter tadi.
"Maaf, sebenarnya siapa orang tadi?"
"Anda tidak tau? Dialah The Jackal."
"Apa?!?...."

Betapa kagetnya dia. Betapa tidak! Dialah orang yang paling ditakuti di dunia cyber. Seorang dengan keahlian sangat luar biasa, yang mampu sabotase satelit komunikasi beberapa negara. Bahkan interview yang diadakan perusahaannya bermaksud mencari pengganti mantan kepala departemen yang tak mampu mencegah The Jackal mengutak-atik perusahaan mereka. Dia bermukim di luar negri dan kebanyakan orang hanya mengenal nama cyber-nya: The Jackal.***Frank Lamanepa
Share this article now on :

Posting Komentar