Kisah Atlantis datang kepada kita dari Timaeus dan Critias, dua dialog Socrates, yang ditulis pada sekitar 360 SM oleh Plato. Ada empat orang dalam sebuah pertemuan yang telah bertemu pada hari sebelumnya untuk mendengarkan Socrates (ca 469-399 SM) menggambarkan mengenai sebuah negara yang ideal. Socrates ingin Timaeus dari Locri, Hermocrates, dan Critias untuk menceritakan kisah-kisah tentang interaksi Athena dengan negara-negara lain. Yang pertama adalah Critias, yang berbicara tentang pertemuan kakek buyutnya dengan Solon (ca 638-559 SM), salah satu dari tujuh orang bijak, seorang penyair Athena dan penata hukum yang terkenal, saat berkunjung ke Sais, Mesir pada sekitar 590 SM. Pada saat Solon di Mesir, pendeta disana membandingkan Mesir dengan Athena, dan bercerita tentang dewa-dewa dan legenda masing-masing. Salah satu kisah pendeta Mesir tersebut adalah tentang Atlantis. Para pendeta mengaku memiliki akses perihal catatan tentang Atlantis yang tertulis pada pilar-pilar didalam kuil. Setelah mendapatkan pengetahuan tentang kisah Atlantis, Solon menuliskannya dalam puisi-puisi dan membawanya kedalam pengetahuan orang Yunani.
Plato tidak mendengar kisah asli Atlantis, tetapi dari cerita Solon sekitar 300 tahun sebelumnya yang mendengar kisah tersebut dari pendeta Mesir yang membacanya dari catatan-catatan didalam kuil. Solon tidak membaca kisah tersebut secara langsung; tetapi pendeta Mesir – yang ahli dalam hieroglif – yang menceritakan kepada Solon tentang apa yang tertulis didalam catatan mengenai kisah Atlantis yang hilang tersebut. Plato mendengar kisah tersebut dari Critias yang merupakan cicit Solon, dengan demikian kisah tersebut telah diwariskan sebanyak 3 generasi sebelum sampai kepadanya.
Kedua sumber kisah Atlantis dalam catatan Mesir maupun puisi Solon tidak ditemukan sampai sekarang. Oleh karena itu, dialog-dialog Plato, yaitu Timaeus dan Critias, merupakan referensi yang paling awal mengenai kisah Atlantis (dengan alasan yang tidak diketahui, Plato tidak pernah menyelesaikan Critias). Dialog-dialog tersebut, oleh karena itu, merupakan satu-satunya sumber fenotip Atlantis yang paling lengkap.
Penulis menerapkan perumpamaan “model partikulat warisan”, yang biasa digunakan dalam ilmu biologi, dimana seolah-olah fenotip kisah Atlantisnya Plato diwariskan dari fenotip asli catatan di Mesir, sebagai sebuah kontinum dalam serangkaian “keturunan”. Dalam proses ini, fenotip “warisan” ditentukan oleh faktor-faktor “genotip”, “epigenetik” dan “lingkungan tak-terwariskan” dari “leluhurnya”. Faktor “genotip” adalah bagian (“rangkaian DNA”) “genetik” kisah tersebut. Faktor “epigenetik” adalah variasi sifat fenotipik kisah tersebut yang disebabkan oleh faktor eksternal atau lingkungan. Faktor “lingkungan tak-terwariskan” adalah distorsi, hiasan dan perwujudan kisah tersebut oleh pencerita. “Mutasi genetik” kisah mungkin dapat juga terjadi didalam proses “pewarisan” tersebut. Satu-satunya yang dikenal sekarang adalah fenotip yang telah terwariskan, sehingga faktor-faktor tersebut diatas tidak terdeteksi, tapi pasti telah mempengaruhi.
Setelah penelitian yang komprehensif, penulis mengungkapkan teori baru yang menghipotesiskan bahwa pulau dan kota Atlantis yang hilang terletak di Laut Jawa, seperti dituliskan dalam buku Atlantis: The lost city is in Java Sea, yang diterbitkan pada bulan April 2015. Karya tersebut dihasilkan dari penelitian dan analisis referensi serta beberapa pengamatan lapangan selama lebih dari 5 tahun. Hal ini menghasilkan bukti-bukti akurat hipotesis tersebut bahwa fenotip kisah Atlantis sesuai dengan lokasi yang dimaksud.
Tabel berikut menunjukkan ringkasan bukti-bukti fenotip kisah Atlantis di lokasi yang dihipotesiskan. Beberapa bukti kurang penting lainnya tidak tercantum.
No
|
Fenotip
|
Rujukan oleh Plato
|
Bukti-bukti
| |
Bagian didalamTimaeus
|
Bagian didalamCritias
| |||
A
|
NEGARA
| |||
1
|
Pada suatu tempat yang jauh di “Samudera Atlantik” (pemahaman Yunani kuno)
|
24e
|
√
| |
2
|
Lebih besar dari gabungan “Libya” dan “Asia” (Asia Kecil) (pemahaman Yunani kuno)
|
24e
|
108e
|
√
|
3
|
Jalan menuju pulau-pulau lain
|
24e
|
√
| |
4
|
Dapat mencapai benua di seberangnya yang meliputi samudera yang sebenarnya
|
24e
|
√
| |
5
|
Bentang daratan seluruh negeri, di wilayah pada sisi samudera, sangat tinggi dan terjal
|
118a
|
√
| |
6
|
Sebuah bukit kecil dan dataran yang rata dan luas dekat laut, dapat dicapai kapal dan perahu dari laut; saluran air pada dataran yang dialirkan menuju laut
|
113c, 113e, 118d
|
√
| |
7
|
Di seberang tugu tapal batas, orang Yunani menyebutnya tugu “Herkules”
|
24e, 25c
|
108e, 114b
|
√
|
8
|
Didepan sebuah selat
|
24e, 25a
|
√
| |
9
|
Laut yang dikelilingi oleh benua tak terbatas
|
25a
|
√
| |
10
|
Ada beberapa pulau di laut
|
24e
|
114c
|
√
|
11
|
Beriklim dua musim – “panas” (kemarau) dan “dingin” (hujan)
|
112d, 118e
|
√
| |
12
|
Mata air panas dan dingin
|
113e, 117a
|
√
| |
13
|
Berlimpah air berkat curah hujan tahunan
|
111c
|
√
| |
14
|
Iklim dengan suhu udara yang amat nyaman
|
111e, 112d
|
√
| |
15
|
Tanahnya subur, terbaik untuk pertanian dan peternakan
|
111e, 113c
|
√
| |
16
|
Keragaman flora dan fauna yang sangat luas
|
114e, 115a, 115b
|
√
| |
17
|
Gajah, kuda, “banteng” dan lumba-lumba
|
114e, 116e, 117c to 117e, 119b, 119d to 120a
|
√
| |
18
|
Berlimpah makanan untuk mempertahankan peradaban dan menciptakan angkatan perang (sekitar 20 juta orang)
|
111e, 118e, 119a
|
√
| |
19
|
Peradaban yang maju pada zamannya
|
24e, 25a
|
√
| |
20
|
Gempabumi dan “banjir” dari laut (tsunami)
|
25c, 25d
|
108e, 111a, 112a
|
√
|
21
|
Terbenam tak henti-hentinya (kenaikan muka air laut pasca-glasial)
|
111b, 111c
|
√
| |
22
|
Laut di lokasi ibukota Atlantis “sekarang” (waktu Solon) tidak dapat dilewati dan ditembus karena adanya “karang tanah liat” (terumbu karang), yang disebabkan oleh “penurunan” pulau (kenaikan muka air laut)
|
25d
|
√
| |
23
|
“Kota Atlantis” sekarang berada dibawah laut
|
25d
|
√
| |
B
|
HASILBUMI (“BUAH”)
| |||
24
|
Dua panen setiap tahun, di “musim dingin” (musim hujan) diairi oleh hujan dan di “musim panas” (musim kemarau) oleh irigasi dari kanal
|
118e
|
√
| |
25
|
Akar-akaran, daun-daunan, kayu-kayuan dan esens disuling dari “buah” dan bunga
|
115a
|
√
| |
26
|
“Buah” yang dibudidayakan, dikeringkan, untuk makanan dan lainnya, yang digunakan sebagai makanan pokok – dengan nama umum “biji-bijian”
|
115a
|
√
| |
27
|
“Buah” yang memiliki kulit keras, airnya dapat diminum, ada dagingnya dan dapat digunakan sebagai minyak urapan
|
115b
|
√
| |
28
|
Sejenis kacang-kacangan, yang memberikan kesenangan dan hiburan
|
115b
|
√
| |
29
|
“Buah” yang dibusukkan dengan dipelihara, yang kita gunakan sebagai cuci mulut setelah makan malam
|
115b
|
√
| |
30
|
Menakjubkan dan dalam kelimpahan tak terbatas
|
115b
|
√
| |
C
|
DATARAN LUAS DEKAT IBUKOTA
| |||
31
|
Di dekat dan di sekitar kota terdapat dataran sangat luas
|
118a
|
√
| |
32
|
Dikelilingi oleh pegunungan yang menurun menuju laut
|
118a
|
√
| |
33
|
Halus dan rata
|
118a
|
√
| |
34
|
Bentuk umumnya adalah persegi panjang dan lonjong
|
118a, 118c
|
√
| |
35
|
Membentang dalam arah memanjang 3.000 stadium (± 555 km), melintang 2.000 stadium (± 370 km)
|
118a
|
√
| |
36
|
Mengarah ke selatan, terlindung dari utara
|
118b
|
√
| |
37
|
Dikelilingi oleh sederetan pegunungan besar dan kecil yang indah; terdapat desa-desa dan rakyat yang makmur
|
118b
|
√
| |
38
|
Sungai, rawa dan padang rumput – persediaan makanan yang berlimpah untuk semua hewan, liar atau jinak
|
118b
|
√
| |
39
|
Berbagai macam kayu – berlimpah untuk bermacam-macam karya
|
118b
|
√
| |
D
|
SALURAN AIR DALAM DATARAN
| |||
Saluran keliling
| ||||
40
|
Luar biasa besarnya, tak diduga bahwa itu buatan
|
118c
|
√
| |
41
|
Dalamnya 100 kaki (± 30 m), lebarnya 1 stadium (± 185 m), panjangnya 10.000 stadium (± 1.850 km)
|
118c
|
√
| |
42
|
Mendapatkan aliran dari pegunungan
|
118d
|
√
| |
Saluran pedalaman dan terusan
| ||||
43
|
Saluran pedalaman yang lurus, lebarnya sekitar 100 kaki (30 m), intervalnya sekitar 100 stadia (18,5 km) dan bermuara kedalam saluran keliling
|
118d
|
√
| |
44
|
Terusan digali dari saluran pedalaman yang satu ke yang lain
|
118e
|
√
| |
45
|
Digunakan untuk mengangkut kayu dan hasil bumi menggunakan kapal
|
118e
|
√
| |
Saluran irigasi
| ||||
46
|
Menyadap dari saluran yang lain
|
118e
|
√
| |
47
|
Mengairi lahan di “musim panas” (musim kemarau) sementara di “musim dingin” (musim hujan) mendapatkan air dari hujan, menghasilkan dua kali panen dalam setahun
|
118e
|
√
| |
E
|
MINERAL DAN BATUAN
| |||
48
|
“Kuningan”/”perunggu” (tembaga, timah dan seng)
|
116b, 116c
|
√
| |
49
|
Timah
|
116b, 116c
|
√
| |
50
|
“Orichalcum”, mineral lebih berharga dari apa pun kecuali emas, berkilau, warna merah, sumberdayanya melimpah
|
114e, 116c, 116d
|
√
| |
51
|
Emas
|
114e, 116c, 116d, 116e
|
√
| |
52
|
Perak
|
116d, 116e
|
√
| |
53
|
Batu-batunya berwarna hitam, putih dan merah
|
116a, 116b
|
√
| |
54
|
Batuannya dapat dilubangi untuk dermaga ganda
|
116a, 116b
|
√
| |
F
|
MITOS DAN ADAT-ISTIADAT
| |||
55
|
“Poseidon” (dewa laut atau air, penata hukum)
|
113c to 113e, 116c, 116d, 117b, 119c, 119d
|
√
| |
56
|
“Herkules” (anak dewa tertinggi, kelahirannya tidak senonoh, memiliki selera yang tak terpuaskan, sangat kasar, brutal dan keras)
|
24e, 25c
|
108e, 114b
|
√
|
57
|
Korban “banteng”
|
119d to 120c
|
√
| |
58
|
Candi atau piramida
|
116c, 116d, 116e, 117c, 119c
|
√
| |
59
|
Aktifitas maritim
|
114d, 115c to 116a, 117d, 117e, 119b
|
√
| |
60
|
Transportasi air
|
118e
|
√
|
Frase-frase atau nama-nama dalam tanda kutip, sedapat mungkin diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia, seperti yang ditulis oleh Plato, baik terjemahan dari rujukan asli dalam Bahasa Yunani atau istilah yang tidak ditemukan dalam bahasa Yunani. Frase-frase dalam kurung adalah interpretasi oleh penulis.
***
Hak Cipta © 2015, Dhani Irwanto
Posting Komentar