Terumbu Karang
Dalam Timaeus Bagian 25d: "Karena suatu alasan, laut di bagian tersebut tidak dapat dilalui dan ditembus, karena ada sebuah gundukan lumpur di tempat itu; dan ini disebabkan oleh tenggelamnya pulau."
"Sebuah gundukan lumpur" adalah terjemahan yang dikenal oleh umum dari frase Yunani Kuno "πηλου καρτα βραχεος" yang ditulis oleh Plato. "Καρτα βραχεος" adalah bukan tata bahasa yang baik dan tidak ditemukan dalam naskah apapun; "Πηλος" adalah maskulin dan merupakan anteseden kata ganti relatif; "κατα βραχεος", seharusnya, adalah adverbial. Arti harfiahnya: πηλου adalah "tanah liat" atau "lumpur", καρτα adalah "sangat" dan βραχεος adalah "gundukan" atau "karang". Terjemahan alternatif lainnya adalah “terdapat tanah liat dalam jumlah besar dan kedalaman dangkal” (Rodolfo Lopes, 2011).
Penulis menterjemahkan πηλου καρτα βραχεος menjadi "terumbu karang" dengan alasan bahwa formasi laut tersebut langka di Mediterania sehingga orang-orang Yunani dan Mesir tidak memiliki istilah untuknya. Mediterania tidak lagi menjadi tempat tumbuhnya terumbu karang besar yang berkembang 60 juta tahun yang lalu. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim dan oseanografi selama ribuan tahun. Kini, hanya terdapat sedikit sekali spesies kolonianthozoan yang memiliki kapasitas untuk membentuk terumbu karang. Pada tahun 2010, kapal eksplorasi Nautilus telah menemukan untuk pertama kalinya daerah terumbu karang laut dalam di Mediterania, di lepas pantai Israel. Daerah ini membentang beberapa kilometer, 700 meter dibawah permukaan 30 – 40 km dari pantai.
Dalam catatan Plato, benteng Atlantis adalah tidak dapat dilewati dan ditembus pada masanya Solon (sekitar 600 SM) karena tumbuh terumbu karang yang disebabkan oleh kenaikan permukaan laut selama Zaman Es (“tenggelamnya pulau”). Kondisi sekarang pada lokasi yang dihipotesiskan oleh penulis adalah bahwa ada terumbu karang yang diidentifikasi oleh para pelaut sebagai Gosong Gia atau Annie Florence Reef, sebuah terumbu karang yang digambarkan berukuran kecil dan muncul ke permukaan pada saat laut surut.
Terumbu karang adalah ekosistem bawah laut yang beragam terdiri dari struktur kalsium karbonat yang terbentuk oleh sekumpulan karang. Terumbu karang dibangun oleh koloni hewan kecil yang ditemukan di perairan laut yang mengandung nutrisi. Kebanyakan terumbu karang terbentuk dari karang yang dihasilkan oleh polip yang mengelompok. Polip tersebut termasuk kedalam golongan binatang yang dikenal sebagai Cnidaria, yang juga termasuk anemon laut dan ubur-ubur. Tidak seperti anemon laut, polip karang mensekresikan kulit luar karbonat keras yang melindunginya. Karang dapat tumbuh paling cepat di perairan hangat, dangkal, jernih, terang dan tidak tenang.
Terumbu karang mulai terbentuk ketika larva karang berenang bebas kemudian menempel pada batu atau permukaan keras lainnya yang terendam di sepanjang tepi pulau atau benua. Tingkat pertumbuhannya adalah 0,3 – 2 sentimeter per tahun untuk karang besar, dan hingga 10 sentimeter per tahun untuk karang bercabang, sehingga dapat memakan waktu sampai 10.000 tahun untuk membentuk sebuah terumbu karang dari sekelompok larva (Barnes, 1987 sebagaimana dikutip oleh NOAA).
Benteng Atlantis terdiri dari permukaan keras sehingga terumbu karang mulai terbentuk setelah terendam, tumbuh dan mengembang seperti yang biasa ditemukan pada kedalaman dangkal di perairan tropis. Eksplorasi bawah laut tidak akan menemukan benteng tersebut kecuali dilakukan penyelidikan dibawah terumbu karang.
Laju kenaikan air laut pada Zaman Es Terakhir adalah rata-rata 0,6 sentimeter per tahun. Karena air laut pada lokasi yang dihipotesiskan penulis adalah hangat, tingkat pertumbuhan terumbu karang adalah lebih tinggi dari laju kenaikan air laut. Dengan demikian, laju pertumbuhan vertikal terumbu karang di lokasi tersebut adalah berbarengan dengan kenaikan air lautnya.
Orichalcum
Orichalcum dalam bahasa Yunani terdiri dari kata oros (?ρος, gunung) dan chalkos (χαλκ?ς, bijih), berarti "bijih dari gunung". Kita bisa berspekulasi bahwa orichalcum yang dimaksud oleh Plato sebenarnya adalah zirkon karena mineral ini dapat "digali dari bumi di banyak bagian pulau" atau berlimpah di Kalimantan bagian selatan di mana dataran Atlantis dihipotesiskan. Bahan ini sungguh nilainya kedua setelah emas; memiliki kualitas seperti batu permata dan dikenal sebagai tiruan berlian. Bijih zirkon memerlukan proses ekstraksi, pemurnian dan pemanasan untuk menjadikan produk zircon yang berwarna-warni.
Plato menyebutkan bahwa dinding yang mengelilingi Candi Poseidon dan Cleito ditutupi dan gemerlap dengan "cahaya merah" dari orichalcum. Tidak ada logam atau paduannya yang diketahui berwarna merah sehingga orichalcum adalah bukan logam tetapi mungkin hyacinth(zirkon merah). Setelah jadi, sifatnya berkilau seperti berlian yang tidak dimiliki oleh logam, sehingga Plato menggambarkannya secara khusus dengan kata-kata "gemerlap" dan "bercahaya".
Dalam "lebih berharga pada masa itu dari apa pun kecuali emas", Plato membandingkan orichalcum dengan emas; sedangkan "zirkon" adalah berasal dari Bahasa Persia zargun, yang berarti "berwarna emas", kemudian berubah menjadi "jargoon", dimaksudkan sebagai zircon yang berwarna muda yang kemudian diadaptasi oleh Jerman menjadi Zirkon. Diduga, Plato atau Solon salah menterjemahkan zargun, material yang berwarna emas menjadi orichalcum karena tidak ada kata tersebut dalam bahasa Yunani Kuno.
Korban Kerbau
Pada bagian akhir Critias, dijelaskan bahwa pada setiap lima atau enam tahun sekali berselang-seling, para raja Atlantis berkumpul untuk berdiskusi dan membuat perjanjian, diakhiri dengan persembahan korban banyak kerbau. Kebiasaan korban kerbau untuk persembahan hanya ada di Asia Tenggara dan Asia Tengah bagian selatan. Tentu saja Plato tidak menyebutnya sebagai “kerbau” karena binatang ini hanya terdapat di daerah tersebut, tetapi sebagai binatang yang mirip yaitu “banteng”.
Bersambung ke part 6
Hak Cipta © 2015, Dhani Irwanto
Posting Komentar