Jumat, 15 Januari 2016

Jalan Salib Hidup OMK Larantuka: “Bunda Mana Rahimnya Tak Pedih”

#OMKKATEDRALLARANTUKA
Situasi Golgota JHS OMK Katedral Larantuka, 31 Maret 2015 









“Tersobek wajah-Nya dikecup pasukan Yudas
Ludah-ludah khianat melekat di pipi-Nya
Hati-Ku sedih, seperti mau mati rasanya
Tinggallah di sini, berjaga-jagalah dengan Daku
Sebab pengkhianat-Ku hampir datang,
Menjemput-Ku di Gerbang Zaitun
Getzemani! Getzemani! Getzemani!
Kukenang dalam gelisah tak bertepi”




Hujan lebat siang itu telah berakhir 3 jam yang lalu. Tanah  berpasir itu masih basah. Tidak ada debuh. Setelah percakapan saat perjamuan terakhir, Jesus mengajak ketiga murid-Nya pergi ke Getzemani untuk berdoa, dengan tergesa-gesa. Petrus, Yohanes, dan Yakobus berusaha menghalangi niat Yesus, sebab hari mulai gelap. Namun, Yesus harus berdoa.

Begitu doa yang kedua berakhir, tiba-tiba terdengar suara beberapa imam Yahudi, sebagian masyarakat Yahudi, dikawal oleh pasukan pengawal imam, menghardik Jesus. Yudas, salah seorang murid Yesus menjadi penunjuk jalan.Rombongan itu bermaksud menangkap Yesus dan membawa Dia untuk diadili karena bagi mereka, Yesus telah menghujat Allah dan menghasut rakyat untuk melawan Kaiser Romawi.



Yesus kemudian dibawa ke tempat imam besar Kayafas dalam keadaan dirantai. Dalam perjalanan ini, selain diolok-olok dan dihina, pukulan dan tendangan para pengawal itu membuat Yesus mesti terjatuh beberapa kali. Bahkan dalam kondisi demikian, mereka terus menginjak dan mencaci-Nya.

Pengadilan di Makamah Agama yang dipimpin Kayafas, para imam dan orang-orang Yahudi bersepakat Yesus harus dijatuhi hukuman mati. Pengadilan itu tampak hanya formalitas. Kesaksian-kesaksian palsu, mereka utarakan demi memuluskan niat busuk mereka.


Atas saran Kayafas, mereka membawa Yesus ke Pilatus, wali negeri untuk menuntut Pilatus menjatuhkan hukuman mati atas diri Yesus.

Untuk meredam amuk massa, Pilatus terpaksa menjatuhi hukuman cambuk, meski dia telah memeriksa Jesus atas kesalahan-kesalahan yang dituduhkan pada-Nya dan mengetahui bahwa orang Nazareth itu tidak bersalah.


Tempat pencambukan itu berada di depan istana Pilatus. Setelah merobek jubah Yesus, mengikat kedua tangan Yesus pada sebuah kayu di tengah-tengah tempat pencambukan itu, dua algoju, setelah mendapat perintah dari atasan mereka, lalu begitu ganas mencambuk Yesus. Kurang lebih sekitar 10 menit kekejian itu terjadi. Orang-orang Yahudi terus saja mengolok-olok-Nya. Maria Ibu Yesus ditemani Maria Magdalena tampak tak kuasa menahan isak menyaksikan bentuk kekejaman itu.


Peristiwa siang itu, rupanya disaksikan begitu banyak orang. Namun mereka hanya diam. Mereka tak mampu berbuat apa-apa. Di antara mereka banyak yang hanya meneteskan air mata mengiring duka Sang Bunda melihat anak tunggalnya dibantai sembilu.


Mereka inilah para peziarah dan umat yang mengikuti ibadah Jalan Salib Hidup (JSH) Orang Muda Katolik (OMK)  Paroki Katedral Reinha Rosari Larantuka (PKRRL).

JSH ini merupakan agenda rutin tahunan sebagai pembuka masa Se-mana Santa di Larantuka, selalu dilaksanakan di hari Selasa setelah Minggu Palma. Semenjak 2009, lokasi pelaksanaannya bertempat di Lapang-an Ile Mandiri Larantuka. Kegiatan ini sempat lowong tahun 2014.


Selasa sore itu, 31 Maret 2015, Lapangan Ile Mandiri begitu dipadati oleh umat yang telah menunggu dari pkl. 14.00 Wita. Mereka mengelilingi lapangan itu dari semua sudut. Bahkan ada banyak yang berada di jalan raya bagian Barat lapangan.

Menurut Ketua Pelaksana, Herry Atamaran, kegiatan JSH ini merupakan salah satu kegiatan dalam rangka mengisi masa Semana Santa Larantuka. 
Merupakan program favorit OMK Katedral Larantuka terkait unsur ibadah dan pewartaan termasuk umat PKRRL yang melibatkan ratusan personil OMK.


“Memang sudah jadi agenda rutin dan tiap tahun kami laksanakan. Meski di tahun 2014 yang lalu kegiatan ini sempat tak terlaksana. Tetapi untuk sukseskan acara ini, sudah semenjak Januari 2015 kami persiapkan. Mulai dari pembentukan panitia dan latihan bagi para pemeran dan koor. Untuk latihannya, kami sepakati 3 kali se-minggu, dan di bulan Maret, kami tambahkan satu hari lagi di hari Minggu. Semuanya itu  dengan maksud agar apa yang menjadi tujuan kami yaitu ibadah dan pewartaan betul-betul mampu mengajak umat dan peziarah untuk bisa meresapi kisah sengsara hingga wafatnya Jesus Kristus”, kata Maran.


Sementara itu Ketua OMK PKRRL, Berti Riberu menyebut kegiatan ini juga menjadi sarana yang paling efektif dalam menjaring keterlibatan kaum muda Katolik se PKRRL untuk bergabung dalam wadah OMK.


“Aktus Paskah ini (JSH-red) membutuhkan sekitar 130 orang termasuk pemain musik, koor, dan tim teknis selain pemeran. Sehingga peran serta kaum muda Katolik di paroki ini sangat diharapkan. Kami bersyukur karena dengan adanya kegiatan aktus ini, ada banyak wajah baru kaum muda yang bisa bergabung bersama kami di OMK Paroki Katedral”, ujar Riberu.

Dari amatan kami, ada beberapa kekuatan yang menjadi daya tarik JSH ini. Selain kolosal, adalah lagu-lagu yang mengiringinya berbahasa Nagi (Larantuka). Perpaduan antara lagu, puisi, unsur drama, dan musik pengiring yang menggunakan beberapa alat musik seperti gendang, saxophone, trompet, gitar, dan keyboard, menjadikan JSH sore itu sangat menyentuh rasa peziarah.

Para pemeran terlihat begitu mendalami dan menjiwai peran mereka. Salib yang dipikul pemeran Yesus adalah benar-benar Salib yang terbuat dari kayu. Sangat berat. Adegan pencambukkan, Jatuhnya Yesus di bawa kayu Salib, terlihat sungguh nyata.


Apalagi kisah perjumpaan Bunda Maria dengan Yesus. Lagu “Cuma Hatu” itu benar-benar menyayat. “Tangis” Bunda Maria, turut menjangkiti para peziarah. Terutama ketika pembacaan puisi menyelinap masuk sementara lagu itu masih dinyanyikan. Sungguh suatu perjumpaan maha pilu terjadi.

Sementara itu, ketika para prajurit menaikkan salib di mana Yesus terikat dan terpaku, terlihat sangat menegangkan. Salib Yesus berada di tengah, diapiti oleh salib dua penjahat. Olok-olokkan para imam dan orang Yahudi yang masih juga belum berhenti, membuat rombongan Maria Ibu Yesus tak lagi berdaya. Air mata mereka cukup melukiskan betapa situasi itu membuat derita.

“Ah..tajuk-tajuk mimpi Sang Perawan kini membuahkan kenyataan paling rawan. Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu”.***(Francis Lamanepa)

Pemeran:
Yesus: Beddy Kabelen
Bunda Maria: Ningsih
Pilatus: Ito Diaz
Kayafas: Ivan Diaz
Kepala Pasukan: Herry Maran
Kord. Koor: Olga
Pemusik:
Yosef Uran II
Tino Lamanepa

Galang Dea
Divi Uran
Stef Laot Lamanepa
Seluruh Pemain & Pendukung: OMK Katedral Larantuka
Sutradara: Francis Lamanepa




Share this article now on :

Posting Komentar