Pope Francis |
Vatican City - Paus Fransiskus kembali menggunakan terminologi yang tidak biasa bagi seorang imam ketika mengkritisi media terkait dengan penyebaran berita tanpa fakta atau hoax. Pemimpin tertinggi umat Katolik dunia tersebut menyebut mengkonsumsi berita ibarat memakan feses atau kotoran.
Seperti dilansir Guardian, Rabu, 7 Desember 2016, Paus mengimbau wartawan dan media menghindari jatuh ke dalam "coprophilia" atau situasi tak biasa saat seseorang sangat tertarik pada kotoran. Paus bahkan menyamakan pembaca atau penonton berita palsu berperilaku layaknya pengidap coprophagics, sang pemakan kotoran.
"Saya mengecam organisasi media yang berfokus pada skandal dan mempromosikan berita palsu sebagai sarana mendiskreditkan orang dalam kehidupan publik. Menyebarkan informasi yang keliru dan mencemarkan nama baik orang lain adalah sebuah dosa," kata Paus Fransiskus.
Paus juga berbicara tentang bahaya menggunakan media untuk memfitnah rival politik. "Sarana komunikasi memiliki godaan tersendiri, mereka dapat tergoda oleh fitnah, dan karena itu digunakan untuk orang fitnah, mencemarkan mereka, ini di atas semua di dunia politik," tutur Paus, menambahkan.
Disinformasi potensi bahaya terbesar yang dapat dibuat media karena mengarahkan opini satu arah dan menghilangkan bagian lain dari kebenaran. Wawancara pada Rabu itu bukan pertama kalinya Paus berbicara dalam bahasa yang tidak biasa. Setahun sebelum terpilih, ia mengatakan kepada surat kabar Italia, La Stampa, hal yang sama.
Komentar terbaru Paus tersebut terkait dengan disinformasi dibuat dengan latar belakang perdebatan global atas proliferasi situs-situs berita palsu dan cerita yang menyajikan peristiwa melalui lensa yang sangat partisan. Di Amerika Serikat, beberapa pengamat mengatakan berita palsu mengubah hasil pemilihan presiden.
Pada 19 November 2016, pemilik Facebook, Mark Zuckerberg, mengumumkan langkah baru untuk melawan berita palsu di medianya, menyusul imbauan Presiden Barack Obama yang menempatkan berita hoaxancaman bagi lembaga demokratis. Bukan hanya di Amerika Serikat, di berbagai belahan dunia publik disuguhkan berita hoax yang menyesatkan termasuk di Indonesia.***(Sumber Tempo.co)
Posting Komentar