Selasa, 23 Mei 2017

MEI: "KELAKE RA'EN", MILIKNYA LELAKI JOKOWI

#PesonaMei #MomentumMeiPresiden #PresidenJokowi
Presiden Jokowi berkostum Betawi menerima kunjungan Raja Swedia di Istana Bogor, 22/05

Entah bagi yang lainnya, Bulan Mei selalu membuatku takjub lantaran begitu banyak peristiwa yang jadi perhatian khalayak termasuk moment² yang mampu merubah alur sejarah; merubah peradaban.

"Sok tahu! Masih banyak kok bulan lain yang lebih heboh. Kamu saja yang kurang ngarti!" [Mungkin bisa jadi kalimat itu seruan tanggapan milik kamu yang baca tulisan ini] :)

Bulan Mei memang sangat menggoda dan membara! Coba kita telusuri asalnya.

Bulan Mei berasal dari Kalender Romawi. Kata Mei dari kata Latin, Maius, diduga dari kata Maia, ibunda dewa Hermes, dewa yang dikaitkan dengan perdagangan, penciptaan, dan kelicikan. Tetapi, menurut kamus Webster, Maia adalah ibu Merkurius yang berayah Jupiter. Dewi Kesuburan.

Menurut Sir Thomas Malory [1400–1471], penulis berkebangsaan Inggris, menyebut bulan ini “Bulan Penuh Nafsu” [Wow! Upsss :P ]. Pada bulan inilah konon “Burung berkicau merdu dan suara Kura-Kura bersahut-sahutan”. Tapi bulan Mei yang "genit-romantis" ini justru dianggap bulan sial untuk menikah.

Bangsa Romawi menolak pernikahan bulan Mei karena pada bulan inilah berlangsung festival untuk menghormati Bona Dea, dewi yang tidak pernah bersanggama. Bulan Mei ini juga berlangsung Festival bagi kematian yang tidak menyenangkan. Maka Bulan Mei penuh dengan situasi menggelora yang tidak menentu. Tidak salah! Banyak kejadian mengafirmasinya.

Tapi tentu saja tidak lengkap tanpa menelisiknya dari perspektif Lamaholot. Bagaimanapun saya adalah Darah Daging sah, anak tanaLamaholot.

Dari asal katanya Maia, kita bisa ambil dua kata Lamaholot, yakni kata "Mai" dan "Mei" untuk kata [Bulan] Mei. "Mai" berarti Pergi atau Jalan. Dan "Mei" artinya Darah. Jika saja boleh menggabungkan, makna [Bulan] Mei seturut arti kedua kata Bahasa Lamaholot itu adalah "Jalan Darah". Tempat mengalirnya Darah dan/atau Jalur yang Berdarah-darah. Tak jauh bedakan maknanya dengan yang di atas? Hehe

Kata "Mai" juga berarti "Mama" atau "Ibu" dalam sebutan Indonesia bagian Timur [Melayu ataukah Melanesia?] Seperti dalam kata "Mai Tua" [Istri atau Pasangannya Lelaki]. Tak jauh bedakan maknanya? Ibu, Bunda, atau Dewi. Lalu siapakah yang tidak sepakat penting Darah bagi kehidupan [manusia]? Meski hanya 10% dari berat tubuh normal manusia atau 4,5 - 5,5 liter volumenya.

Bagaimana nama Bulan Mei dalam Bahasa Lamaholot? Adakah nama-nama bulan dalam [dan/atau] kalenderium Lamaholot? Mengutip Gregorius Harian Lolan [Skripsi STFK, MS, 1993] dalam Sketsa Budaya Lamaholot - Etika & Moralitas, 2007, hal. 128-129, masyarakat Balawelin, Solor, Lamaholot memiliki penamaan terhadap bulan kalender. Penamaan ini berdasarkan asas fungsional sesuai dengan waktu kerja sebagai petani.

Bulan Januari disebut "Mepik" karena dikaitkan dengan "hepik" artinya Petik, untuk daun tertentu sebagai alas kaki untuk menyiangi rumput. Bulan Mei dinamakan "Kelake Ra'en" yang berarti milik lelaki/suami, untuk memakan hasil sulung tahunan.

"Kelake Ra'en" atau "Milik Lelaki" inilah makna yang tepat menggambarkan Bulan Mei [2017] sebagai Bulan "miliknya" Lelaki yang bernama Joko Widodo Presiden Republik Indonesia. Kok bisa? Mengapa tidak!?!

Rentetan peristiwa di Mei [tahun ini] benar² bermuara kepada tokoh ini, Presiden Jokowi. Aneka gunjang-ganjing, momentum "SARA", parade "radikalistik", benturan atas nama kebencian Ideologi Surga, memuncak merengsek menguji ketahanan dan ketenangan dirinya sebagai Presiden dari kalangan sipil.

Selain jadual di Bulan Mei sebagai Presiden demikian padat, baik di dalam maupun di luar negeri. Mei sangat menguras energi bahkan memeras hati dan kewibawaannya sebagai Kepala Negara, bukan saja sebagai Kepala Pemerintahan. Hal inilah, sebagai Kepala Negara, beliau bahkan harus tidak populer dengan menyebut: "Siapapun yang melawan Konstitusi, harus "digebuk", yang kini viral baik dipelesitin ataupun diapresiasi ketegasan itu.

Entah kebetulan atau tidak, ketika Habib Rizieq [HR], yang mangkir dua [2] kali dari "panggilan" Polri sedang di Arab, tanggal 20 Mei disaat peringatan Hari Kebangkitan Nasional, atas undangan Raja Arab Saudi, Raja Salman, Jokowi terbang ke Riyadh mengikuti "Arab Islamic American Summit". Presiden akan memaparkan keberhasilan Indonesia dalam memberantas terorisme.

Menurut Presiden Jokowi, Arab Islamic American Summit sangat penting bagi Indonesia guna membahas kerja sama internasional melawan terorisme dan radikalisme. Turut hadir 55 kepala negara dalam konferensi tingkat tinggi tersebut. Dalam kurun tak berbeda, Indonesia mengikuti latihan militer di Myamar. Hmmmm... serasa berkaitan.

Menariknya saat yang bersamaan, HR yang dilaporkan dugaan terlibat beberapa kasus "radikalisme" [dan "pornografi"] ada di wilayah yang sama. Dan sebelumnya, Kamis [18/05], Wapres Jusuf Kalla memberikan cermah berjudul:  ‘Islam Moderat: Pengalaman di Indonesia’ di Oxford Centre for Islamic Studies [OSIC] Universitas Oxford, Inggris. Namun menuai protes dari mahasiswa salah satunya Mariella, keturunan Indonesia dengan melayangkan surat kepada Wakil Rektor.

Situasi nasional makin "hangat". Di tengah merebaknya ada tersangka baru Kasus E-KTP yang melibatkan para petinggi negara, kesulitan temukan tersangka penyiraman Air Keras dengam korban Novel Baswedan, penyidik handal KPK, "Kebakaran" kembali terjadi di Jakarta [Sta. Kalender] dan KM. Mutiara, Presiden Jokowi tiba di tanah air dan langsung menyambut Raja dan Ratu Swedia [22/05].

Sekitar pukul 11.15 WIB Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana menerima kedatangan Raja Swedia Carl XVI Gustaf beserta Ratu Silvia di Istana Bogor. Di sini, Presiden Jokowi menunjukkan patung Hands of God yang dibuat oleh seniman asal Swedia. Patung itu adalah seseorang yang berdiri di atas telapak menengadah ke langit.

Yang sangat menarik dari upacara penyambutan ini adalah pakaian yang dikenakan Presiden Jokowi. Beliau memakai Pakaian Adat Betawi Hitam dan Peci juga Hitam. Mengapa demikian? Jokowi adalah Presiden Indonesia. Tamunya adalah tamu negara. Pakaian Betawi bukan Pakaian Nasional resmi. Dan baru kali ini Presiden RI menyambut tamu negara berkostum demikian.

Presiden Jokowi selalu piawai ciptakan Kejutan Simbolik. Baju Putih lengan panjang, Kotak², Tenun Ikat Nusantara, Batik, Jaket Keren, Naik Trail, Blusukan, Batik, upload video di medsos, etc, selalu bermakna dan viral. Maka ketika kenakan pakaian Adat Betawi, saya duga ini ada kaitan dengan pesan kepada Gubernur Jakarta non aktif  Basuki Tjahya Purnama.

Misalnya: "Pak Ahok, saya ingat engkau dan dengan ini [Pakaian] saya tetap anggap engkau Lelaki Terhormat". Dan seperti gayung bersambut, di hari yang sama keluarga Ahok mencabut banding terkait vonis hakim. Lalu apa? Raja dan Ratu Swedia berada di Indonesia hingga 25/05. Sebuah kehormatan berlama di NKRI seperti Raja Salman kemarin. Penting dan Betah!※※※

#NKRIhargamati #IndonesiaPusaka

©francislamanepa | 22052017 | Larantuka | Lamaholot | Masih Indonesia |
Share this article now on :

Posting Komentar