Kawasan Pelabuhan Larantuka; foto by francislamanepa |
Membaca perkembangan dan geliat kosmos regional, rasanya sangat sia² menjerumuskan pikiran dan energi terkait "tarik-menarik" seolah-seolah seteru by design antara siapa mengkriminalisasi siapa. Soal aroma lendir itu, sepeleh sekali.
Menghadapi para pecandu majas "totem pro parte" sempit, tak perlu berkutat mendalam. Meski menyita tubuh kedaulatan kebangsaan. Makin menanggapinya, demikianlah tujuan itu disebarkan. Biarkan saja. Biarkan dia mengalir sesuka selera.
Situasi global terutama regional menjadi sangat penting ditelisik saat demi saat. Mereka mulai merengsek dari utara. Ini fakta. Jika terlena menggerus energi hanya untuk kasus design lendir, maka bersiaplah dunia besar kita digempur.
Sepertinya saat ini konsepsi bangsa tentang Wawasan Nusantara kala itu, perlu dihidupkan. Disiagakan. Diaktifkan. Sebab Marawi itu hanya sedekat 99 pelempar lembing saling estafet menambah jarak. Jika Duterte dari utara itu menggenjet sengit tak tinggalkan ruang sejengkal, kemarilah barisan itu merumuskan sarang.
Dan disaat bersamaan barisan yang ada di dalam Kuda Troya itu keluar dan membuka jalan darah disertai serentak kisruh-kisruh kecil merata seantero negeri on fire, maka lompatan ajaib barisan ksatria berkudapun terlambat 9 langkah. Kepanikan massal. Kekacauan semesta. Badai titik api. Tumbanglah benteng kota.
Bicara lendir, apalagi bergumul dengan rebutan lendir, memang menggoda. Tapi tidak saat ini. Saat pecandu akut majas totem pro parte sedang memancing yang tenang menjadi bising. Cuma seorang bermain lendir, apalah guna seluruh persediaan air semesta dipergunakan?
Sekali sedua kali, tinggalkan itu.※※※
©francislamaepa | 30052017 | Larantuka |
Posting Komentar