Senin, 11 September 2017

"TIO PONE"; STRATEGI SEDERHANA MEREBUT TUJUAN

#cintaibudayalamaholot #banggamenjadilamaholot #ayokeflorestimur #belajarpadaalam #backtonature #belajardariPONE
Aktivitas Tio [tiup] Pone di Pante Kebi, Larantuka. [francislamanepa]

Alam telah menawarkan karena ia, alam, menyimpan sekian solusi bagi manusia permudah fase proses capai hasil. Tapi mengapa banyak kebuntuan? Banyak air mata tumpah? Sederhananya saya, titik lemahnya, pada kemampuan manusia, anak-anaknya menemukan ketersediaan itu. Maka ini juga tentang kedekatan ras manusia dengan alam, ibu kandungnya. Dan tentang ini, anggap saja saya sok tau. Hehehe


Kearifan Lamaholot telah dirawat dan terpraktekan sekian tahun sebagai pembentuk Sistem Nilai Lamaholot, yang dalam konteks Lamaholot disapa 'Ina Ama GenaƄ' [Dititipkan Leluhur]. Titipan Leluhur itu, tentu kesemuanya berujung pada tata pola dan lelaku manusia Lamaholot memanfaatkan yang telah disediakan alam, tetapi tetap menjaga dan memelihara keharmonisan relasi alam dan manusia. Cieeee.... :)

Konteks inilah variabel utama judul di atas, menjadi garapan sekaligus arah tulisan sederhana ini. Pone. Ini istilah Lamaholot [Larantuka] untuk [saya menduga] menyebut Cacing Laut. Bentuknya memang sangat serupa dengan cacing.

Bisa jadi Pone ini adalah Laor sebutan orang Ambon. Di Ternate disebut Wawo, sedangkan di Banda disebut Oelo [Uli], di Hitu dan Saparua di sebut Melaten; di Sumba biasa dinamai Nyale.  Maka Pone nama ilmiahnya : 'Lysidice oelo Horst'. Kata Horst ini adalah nama penelitinya dalam Ekspedisi Siboga [Nama Kapal].

Jika di wilayah tersebut di atas, Pone ini biasa di panen besar-besaran pada bulan Maret-April untuk dimakan, maka di Lamaholot [Larantuka], perlakuannya tidak sedemikian. Pone tidak untuk dikonsumsi. Dan tidak pernah 'menjamur' pada waktu tertentu saja. Pone tidak bertebaran di perairan. Pone hidup di dalam pasir pantai.

Pone inilah umpan tradisional yang telah disiapkan alam untuk memancing ikan dengan dicematkan pada mata Kail. Di Larantuka, ini merupakan kebiasaan turun-temurun. Cara memperolehnyapun terbilang cukup unik. Anda cukup ke bibir pantai. Berjongkoklah.

Ketika hempasan laut pelan tinggalkan pasir, cobalah semburkan air liur ke areal itu dan biasanya bersamaan ucapkan kata "Pone!!" [Mesti dengan bentakan], maka dari permukaan pasir akan muncul beberapa Pone. Tandailah titik kemunculan itu dengan ibu jari dan telunjuk. Lalu lakukanlah proses "pemanggilan" tadi.

Ketika Pone muncul lagi, segeralah jepit kedua jarimu dengan gerakan menjepit lebih ke dalam. Lalu tariklah pelan-pelan hingga tercerabut dari pasir. Lakukanlah kembali secukupnya untuk bekal umpannya. Proses ini benar-benar menantang. Membutuhkan ketenangan dan kecekatan jari untuk mengimbangi gerakan Pone yang memang sangat gesit.

Untuk efektivitas proses pemanggilan ini, akan jauh lebih berdampak jika anda gunakan semburan ampas dan cairan kelapa hasil kunyah. Di jamin, akan begitu banyak bermunculan Pone. Lalu kembali tergantung kecekatan jari dan mata untuk menjepitnya.

Sekadar ingatkan. Bagi yang belum terbiasa atau terlatih, bisa dijamin seharianpun sulit bagimu menjepit satu Pone utuh. Keberatan? Silakan buktikan. Tapi sesungguhnya, masih ada beberapa cara lagi untuk mendapatkan Pone. Tapi kali ini, cukup cara ini yang saya ulas. Karena cara ini paling menantang dan sangat menarik.

Sabar, tenang, tidak gegabah, tanpa banyak gerakan, mata awas, pandai membaca situasi dan peluang, fokus pada tujuan, tidak keburu nafsu, taat dan setia proses, menghargai umpan karena mesti berupaya tidak menciderai, dan tentu mesti cekatan.※※※

©francislamanepa; 11:39; 11092016
Share this article now on :

+ komentar + 1 comment

23 September 2017 pukul 16.37

Haha dulu di waiwadan pun saya kadang melakukan aktivitas yang sama.

Terimakasih Simpet Soge atas Komentarnya di "TIO PONE"; STRATEGI SEDERHANA MEREBUT TUJUAN

Posting Komentar