Selasa, 24 Desember 2013

Berkenalan Dengan Mitra Tiara

Ruang Dalam Kantor lama Mitra Tiara; pict Frank Lamanepa, 2012
 Menelisik perjalanan LKF Mitra Tiara Larantuka, sudah mulai aku lakukan semenjak pertengahan 2011. Bermula setelah sebelumnya, seorang senior, terkesan royal terhadapku pada tanggal yang hampir sama di tiap bulannya. Mulai dari rokok, santapan, hingga biaya pulsa. Dua bulan awal, aku pikir hal yang wajar. Toh, relasiku dan dia, sudah serupa saudara kandung. Apalagi menurutnya, rezeki itu harus dibagi-bagi supaya selalu awet datangnya. Akupun tak mampu mengelak setelah bulan ke 3, ku minta gilirannku melakukan hal serupa ditolaknya, walaupun di tiga kesempatan itu selalu diajaknya. Ada rasa sungkan mulai datang tanpa permisi.

Semula tak pernah kuperhatikan. Seperti biasa, ia selalu menghubungi aku dan telah menunggu dengan pesanan yang hampir siap di meja. Kali ini bulan ke lima. Perasaan malu telah sempat mengurungkan niatku untuk sekadar mencari alasan agar tak menghadiri ajakannya. Mulai timbul penasaran. Seketika aku baru sadar, ajakannya selalu tepat pada tanggal yang sama. Selain sama, tanggal sedemikian bukanlah waktunya pembayaran gaji. Mengantongi beberapa pemikiran tersebut, kupenuhi ajakannya, sekaligus memastikannya.

Dengan berbagai alasan, akhirnya informasi tentang "rezeki konstan bulanan" itu kuperoleh. Saat itu tak banyak yang kudapat. Hanya gambaran makro. Namun, sangat mengesankan dan menggiurkan. Diakuinya, ketika dirinya diprospek Nikolaus Ladi (NL), ada ketakutan mengingat pemahamannya akann dunia perbankan dan sejarah perjalanan NL terkait usaha sejenis.

Kebanjiran Nasabah

Semakin lama mencari informasi terkait MT, walaupun tak banyak yang bersedia menceritakannya, justru makin menambah rasa keingintahuan. Ada kesan menutupi dari beberapa individu yang kutemui. Pikirku, mungkin mereka termasuk nasabah. Jawaban yang hampir selalu kudengar, waktu itu, didahului dengan "Kata temanku", "Katanya sih" dan lain-lain dengann makna sejenis. Syaratnya sangat mudah, hanya sertakan salinan selembar identitas dan uang tunai, jebreettt,,, langsung jadi nasabah. Tanpa mekanisme "jelimet' seperti bank atau koperasi simpan pinjam yang musti melalui sekian banyak syarat semisal pengisian formulir-formulir termasuk yang bermeterai.

Bunga simpanan bulanan sangat fantastik (10%), proses ringkas, didukung 4 negara kaya, kesaksian nasabah -termasuk pemuka agama, pejabat, penegak hukum,  kaum cendikia, oknum kepolisian- iklan 'mulut', di tahun 2011, jumlah rata-rata nasabah baru MT per hari antara 3 - 5 orang.

Waktu itu, Kantor MT masih menggunakan kediaman pemiliknya, berseberangan dengan kantornya saat ini. Untuk sekadar menemui NL, cukup sulit. Beberapa bulan, hanya memantau dari luar. Sekadar "ngobrol" dengan karyawan di waktu selapun, agak kesulitan. Di awal 2012, menanggapi permintaan pimpinan Majalah The Billioner Magazine - Jakarta, untuk meliput aktivitas MT, aku mencoba mendekati NL. Setelah gagal beberapa kali, akhirnya mendapatkan kesempatan wawancara selama 1 jam di ruangannya.

Semenjak itu, kehadiranku dan informasi terkait pengelolahan MT cukup mudah kuperoleh. Jumlah nasabahnya baru beberapa ribu. Yang cukup fantastik selama seminggu, total nasabah baru rata-rata berkisar antara 40 - 60 orang per hari, dengan jumlah simpanan  Rp. 5 juta - Rp. 50 juta. Dari catatan karyawannya, bahkan mencapai angka 75 per hari. Setelah menggunakan kantor baru, jumlah nasabah semakin tinggi peminatnya. Bahkan menembus angka diatas seratus dengan jumlah simpanan mencapai miliaran. Bingo! Hingga pertengahan 2013, MT menjadi primadona. Tak tertandingi dalam menarik keuangan nasabah.
(Hasil interview akan termuat dalam tulisan berbeda).
Share this article now on :

Posting Komentar