Uskup Larantuka, Mgr. Frans Kopong Kung, Pr, saat Pemberkatan lokasi sebelum peresmian SMK, Likotuden, Rabu, 30 /07/14. Pict by Frank Lamanepa |
Ide dasar pembangunan ini, merupakan buah dari Perayaan 5 Abad TUAN MA sekitar 4 tahun lalu di Larantuka. Demikianlah yang disampaikan oleh Mgr. Frans Kopong Kung, dalam sambutannya pada acara peresmian SMK Pariwisata dan Perikanan Likotuden, Desa Kawalelo, Kec. Demon Pagong, Flores Timur [Flotim] oleh Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Marry Elka Pangestu, Rabu [30/07/2014.
Menurut Uskup, hal ini tidak lain juga merupakan gagasan yang telah didiskusikan dengan Marry Pangestu sendiri. Bahkan sebelum menjadi Mentri Pariwisata, Pangestu sering kunjungi Larantuka. Dan pembicaraan ini telah dimulai. Bahwa potensi pariwisata Larantuka [Flotim] memang sangat menjanjikan. Selain potensi paariwisata religi yang telah ada selama ratusan tahun, didasari juga lantaran Flotim memang telah dianugerahi Tuhan dengan alam yang sungguh indah.
Bahwa pengelolahan kepariwisataan Flotim, tidak sekadar membangun fasilitas pariwisata semata. Tetapi harus dimulai dengan pembangunan manusia. Maka demi tujuan tiu, dibentuklah sekolah pariwisata.
Pembangunan ini, lanjut Uskup, mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam pendanaan. Termasuk CFC [Couple For Christ]. Sementara itu untuk membangun sekolah ini, dikerjakan oleh Yayasan ANCOP [Angkat Citra Orang Papa] Jakarta.
Luas areal sekolah kejuruan ini adalah 4 Ha, yang rela diberikan oleh masyarakat Likotuden. Selain ruang untuk proses belajar mengajar, juga ddibangun asrama. Setiap siswa akan tinggal di Asrama sekolah.
Uskup Larantuka juga menyebutkan bahwa sistem perekruitan akan bekerjasama dengan seluruh paroki dalam Keuskupan Larantuka [termasuk Kab. Lembata]. Paroki-paroki tersebut akan menjaring siswa yang berminat. Dan diprioritas kepada anak yang kurang mampu. Sekolah ini memang tidak gratis. Tetapi tiap siswa dikenakan biaya yang tidak terlalu tinggi untuk pengelolahan sekolah.
Bahasa yang akan diajarkan dalam sekolah ini, selain Bahasa Indonesia, juga Bahasa Inggris dan Bahasa Portugis.
Lebih lanjut, Uskup juga mengatakan bahwa sistem pengajaran selain transfer keilmuan di kelas, juga untuk pengembangan karakter siswa. Pengembangan karakter inilah maka demikian tujuan asrama itu dibangun.
Dalam kesempatan ini juga, Uskup Larantuka, berharap Pemda Flotim turut membantu pembangunan dan pengembangan sekolah. Terutama dalam menyiapkan sarana jalan yang baik, listrik, air bersih, dan pelabuhan laut.
Sebab menurutnya, Dusun Likotuden berada pada posisi strategis dari seluruh wilayah Flotim dan Lembata. Dengan adanya pelabuhan Laut, sangat mempermudah jarak tempuh selluruh siswa baik dari Lembata, Adonara, Solor dan Flotim daratan. @Frank Lamanepa
Menurut Uskup, hal ini tidak lain juga merupakan gagasan yang telah didiskusikan dengan Marry Pangestu sendiri. Bahkan sebelum menjadi Mentri Pariwisata, Pangestu sering kunjungi Larantuka. Dan pembicaraan ini telah dimulai. Bahwa potensi pariwisata Larantuka [Flotim] memang sangat menjanjikan. Selain potensi paariwisata religi yang telah ada selama ratusan tahun, didasari juga lantaran Flotim memang telah dianugerahi Tuhan dengan alam yang sungguh indah.
Bahwa pengelolahan kepariwisataan Flotim, tidak sekadar membangun fasilitas pariwisata semata. Tetapi harus dimulai dengan pembangunan manusia. Maka demi tujuan tiu, dibentuklah sekolah pariwisata.
Pembangunan ini, lanjut Uskup, mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam pendanaan. Termasuk CFC [Couple For Christ]. Sementara itu untuk membangun sekolah ini, dikerjakan oleh Yayasan ANCOP [Angkat Citra Orang Papa] Jakarta.
Luas areal sekolah kejuruan ini adalah 4 Ha, yang rela diberikan oleh masyarakat Likotuden. Selain ruang untuk proses belajar mengajar, juga ddibangun asrama. Setiap siswa akan tinggal di Asrama sekolah.
Uskup Larantuka juga menyebutkan bahwa sistem perekruitan akan bekerjasama dengan seluruh paroki dalam Keuskupan Larantuka [termasuk Kab. Lembata]. Paroki-paroki tersebut akan menjaring siswa yang berminat. Dan diprioritas kepada anak yang kurang mampu. Sekolah ini memang tidak gratis. Tetapi tiap siswa dikenakan biaya yang tidak terlalu tinggi untuk pengelolahan sekolah.
Bahasa yang akan diajarkan dalam sekolah ini, selain Bahasa Indonesia, juga Bahasa Inggris dan Bahasa Portugis.
Lebih lanjut, Uskup juga mengatakan bahwa sistem pengajaran selain transfer keilmuan di kelas, juga untuk pengembangan karakter siswa. Pengembangan karakter inilah maka demikian tujuan asrama itu dibangun.
Dalam kesempatan ini juga, Uskup Larantuka, berharap Pemda Flotim turut membantu pembangunan dan pengembangan sekolah. Terutama dalam menyiapkan sarana jalan yang baik, listrik, air bersih, dan pelabuhan laut.
Sebab menurutnya, Dusun Likotuden berada pada posisi strategis dari seluruh wilayah Flotim dan Lembata. Dengan adanya pelabuhan Laut, sangat mempermudah jarak tempuh selluruh siswa baik dari Lembata, Adonara, Solor dan Flotim daratan. @Frank Lamanepa
Posting Komentar