Sungai Bama pict by; Simon |
Dahulu ketika operator televisi masih hanya TVRI, selalu sering ditayangkan iklan dengan judul Iklan Layanan Masyarakat dipersembahkan oleh.... Ada satu iklan tentang air bersih disertai dengan lagu bersyair: "Air... Air bersih air kehidupan.." Ya air adalah sumber kehidupan. Malah kini mungkin lebih mahal dari BBM, apalagi BBM kini harganya diturunkan menjadi Rp.7.600. Terutama beberapa wilayah bagian timur kota Larantuka. Sangat tau persis harga air.
Penduduk Kota Larantuka tahu bahwa kota kecil ini tergantung sepenuhnya dengan air yang ada di Sungai Bama. Satu-satunya sumber PDAM di Larantuka. Sungai ini termasuk jenis sungai kecil. Salah satu areal favorit sekadar refreshing atau merayakan hari kelahiran terutama juga destinasi asmara kaum muda [yang tersenyum mungkin pernah atau sering hahaha]. Terletak di Kecamatan Demon Pagong, sekitar 25 km dari pusat Larantuka ke arah barat.
Penduduk Kota Larantuka tahu bahwa kota kecil ini tergantung sepenuhnya dengan air yang ada di Sungai Bama. Satu-satunya sumber PDAM di Larantuka. Sungai ini termasuk jenis sungai kecil. Salah satu areal favorit sekadar refreshing atau merayakan hari kelahiran terutama juga destinasi asmara kaum muda [yang tersenyum mungkin pernah atau sering hahaha]. Terletak di Kecamatan Demon Pagong, sekitar 25 km dari pusat Larantuka ke arah barat.
Di manakah sumber mata airnya? Tentu tidak banyak yang tahu [termasuk yang nulis ini]. Terkait dengan sumbernya, sempat terdengar terjadi "perseteruan" klaim suku tertentu atas kepemilikkan. Terlepas dari soal itu, seperti umumnya tentang tempat, budaya Lamaholot selalu mengenal akan adanya mitos atau temutu ikhwal asal muasalnya. Tulisan ini bermaksud melempar mitos [certita rakyat] tentang muasal terjadinya sumber mata air Sungai Bama.
Ada 2 [dua] tokoh kunci terkait mula jadi sumber mata air sungai ini. Adalah kakak-beradik yatim piatu Jawa Bolok dan saudarinya Sabu Peni. Profesi mereka umumnya masyarakat adat Lamaholot. Lelaki berladang dan penyadap Lontar, saudarinya penenun dan pengatur rumah tangga. Sabu Penilah yang pertama menemukan sebuah mata air dengan bantuan seekor anjing [jangan bertanya nama anjing itu] di tempat yang bernama Latobehe. Setelah puas menikmati air, perempuan ini kembali ke perkampungan tak lupa membawa air dalam keadaan basah kuyup. Disambut gembira Jawa Bolok dan seluruh warga kampung.
Tak berselang lama, kurang lebih sebulan kemudian Peni Sabu didatangi lelaki ganteng memperkenalkan dirinya sebagai pemilik mata air Latobehe, dalam mimpinya. Lelaki ini Sang Dewa Air. Dialah yang telah memberikan air kepada Peni Sabu lantaran ia jatuh cinta dipandangan pertama. Dewa Air itu berjanji mata air itu akan mengalir sangat deras dan tak akan kering untuk selama-lamanya, jika Peni Sabu bersedia menerima cintanya. Ternyata, saudaranya Jawa Bolok juga bermimpi yang sama. Mimpi ini diterima sebagai suatu pemenuhan impian tak pernah pupus warga kampung akan sumber air.
Keputusan telah diambilnya, demi mengatasi persoalan kesulitan warga kampungnya, Sabu Peni berniat mengorbankan dirinya. Hal ini kemudian disampaikan kepada saudaranya, sekaligus meminta saudaranya membuat balai-balai di areal mata air, tempat mana dirinya akan berbaring menyerahkan dirinya sebagai korban.
Hari itu tiba juga. Seluruh warga kampung mengantar Sabu Peni ke mata air Latobehe dengan pakaian pengantin. Ia seorang pengantin perempuan Sang Dewa Air. Sebelum melanjutkan ritualnya, Sabu Peni meninggalkan pesan kepada Jawa Bolok, saudaranya: "Jikalau air telah naik dan menutupi wajahku, pasti sanggulku akan terlepas. Rambutku pasti akan betebaran di permukaan air. Saat itulah akan terjadi letusan dasyat. Orang-orang akan berlarian meninggalkan tempat ini. Tapi kumohon padamu untuk tidak. Tetaplah di sini dan apapun yang terbawa oleh air ke arahmu, pungutlah itu bawalah ke rumah".
Setelah menyampaikan pesan itu, Sabu Peni berbaring di atas balai-balai itu. Begitu tenang ia menantikan saat-saat akhir hidupnya. Airpun meluap dan menutupi wajahnya. Semua lalu terjadi persis seperti yang ia pesankan. Hanya Balok Jawa seorang diri di situ. Sejurus kemudian hanyutlah ke arahnya sebatang kayu, seutas tali, dan daun-daun kering. Sesuai amanah terakhir saudarinya, seluruh benda-benda itu dibawa kembali ke rumah. Tiba di rumah, seluruh benda tadi berubah berubah menjadi sebatang Gading, seutas rantai emas, dan kepingan-kepengin uang perak.
Tentu dapat disimpulkan, sesuai adat Lamaholot dan meminjam ujaran Adonara: "Ata ana gampang hala, welin nae noone", ialah belis atau mas kawin Sabu Peni yang diberikan Dewa Air kepada yang berhak, saudaranya.
Air Bama, jikapun persoalan sengketa masih berlanjut, mari berharap terselesaikan tuntas. Kalau terada, Nagi mau minom apa? Tuak? Ae embun? Sumur?***
Tentu dapat disimpulkan, sesuai adat Lamaholot dan meminjam ujaran Adonara: "Ata ana gampang hala, welin nae noone", ialah belis atau mas kawin Sabu Peni yang diberikan Dewa Air kepada yang berhak, saudaranya.
Air Bama, jikapun persoalan sengketa masih berlanjut, mari berharap terselesaikan tuntas. Kalau terada, Nagi mau minom apa? Tuak? Ae embun? Sumur?***
Posting Komentar