Monumen Yogya Kembali foto batasnusa.com |
Ketika mulai pecah revolusi pada tahun 1945, Herman dan kawan-kawan yang bekerja di Cikotok kembali ke Yogya. Herman lalu bergabung lagi dengan Frans, Wowor, Silvester dan Dion Lamury tinggal bersama di Asrama [jalan] Djetis 20. Asrama ini cukup dikenal di Yogya waktu itu.
Dari sini mereka mulai ikut revolusi. Mula-mula bergabung dalam KeRIS [Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi]. Tapi kemudian mendirikan sendiri GeRISK [Gerakan Rakyat Indonesia Sunda Kecil], bersama Prof. Yohanes yang menjadi ketuanya, sedang Frans Seda Bendaharanya. Termasuk di dalamnya Lourens Say.
Herman Fernandez sendiri memisahkan diri menjadi pelatih Sobsi. Dia memang cocok jadi pelatih karena badannya tegap. Tetapi masih tinggal di satu asrama. Bahkan Herman menjadi sumber keuangan mereka semua. Pada suatu waktu ia berhasil mencatut sebuah mesin stensil milik Sobsi. Hasilnya tidak sedikit sehingga mereka sempat berpesta pora. Bahkan dari uang itu Frans Seda bisa membeli sebuah baju.
Belakangan Herman Fernandez dan Alex Rumambi bergabung dengan PerPIS [Persatuan Pelajar Indonesia Sulawesi]. Komandannya Maulwi Saelan. Di sini umumnya bergabung pula pelajar-pelajar dari NTT, NTB, dan Kalimantan. Perpis kemudian bergabung dalam Resimen Hasanuddin yang dipimpin Andi Matalatta dan berubah nama menjadi Resimen Hasanuddin Seksi Pelajar.
Resimen Hasanuddin pimpinan Andi Matalatta [di dalamnya Seksi Pelajar pimpinan Maulwi Saelan], kemudian dilebur ke dalam Brigade 16 pimpinan Warouw dengan Wakil Komandannya Kahar Muzakar.
Menurut Alex Rumambi, mereka bergabung dengan Perpis karena di sana sering bertemu dengan teman-teman sekolah yang berasal dari Sulawesi. Apalagi ketika suatu hari bertemu sendiri dengan Saelan.*** [bersambung #Part4]
Ansel da Lopez; dalam buku "Peresmian Patung Herman Fernandez, Putera Flores Pahlawan Bangsa" 1988
Posting Komentar