Senin, 22 Agustus 2016

Ensiklik Laudato Si Pope Francis

Paus Francis

Muasal

Secara etimologis, ensiklik berasal dari kata Latin “litterae encyclicae” yang asal muasalnya adalah kata Yunani `ekkuklios' yang berarti `according to…' dan kata `kuklos' yang berarti `circle'. Secara harafiah dapat diartikan “yang dikirim berkeliling”.
Dalam sejarah Gereja Katolik, pada mulanya ensiklik lebih dikenal dengan kata `circular' yang berarti surat edaran, surat yang berkeliling di antara para uskup dan uskup agung. Kemudian, mulai digunakan kata `litterae encyclicae' untuk menunjuk pada surat yang dikirimkan paus kepada para uskup. Sampai saat ini ensiklik digunakan untuk membedakannya dari  surat-surat paus yang lain dengan namanya masing-masing, misalnya: bulla, exhortasi apostolik, dll.

Ensiklik merupakan sebuah surat yang bersifat agung dan universal, biasanya teks resmi ditulis dalam bahasa Latin kemudian diterjemahkan ke pelbagai bahasa lain. Ensiklik dikirim kepada para patriark, uskup agung dan uskup di seluruh dunia, bahkan terbuka untuk seluruh umat Allah.

Isinya tidaklah pertama-tama untuk menyampaikan suatu dogma atau ajaran Gereja yang baru, tetapi terutama untuk lebih menggarisbawahi iman Gereja mengenai suatu tema yang aktual. Tujuannya adalah mengemukakan pokok-pokok penting dari ajaran Gereja, menganalisa suatu situasi atau keadaan khusus atau juga mengangkat seorang tokoh yang patut diteladani. Judul sebuah ensiklik biasanya diambil dari beberapa kata pertama dari keseluruhan teks ensiklik tersebut, di dalam bahasa Latin.

Ensiklik yang pertama dikeluarkan oleh Paus Benediktus XIV pada tanggal 3 Desember 1740, berjudul `Ubi primum'. Ensiklik Deus Caritas Est Paus Benediktus XVI ini merupakan yang ke-294. Paus Yohanes XXIII menerbitkan 8 ensiklik, Paulus VI menerbitkan 7 ensiklik dan Paus Yohanes Paulus II menerbitkan 14 ensiklik (yang terakhir adalah Ecclesia de Eucharestia, April 2003). Dari pengalaman nampak bahwa ensiklik perdana dari setiap paus menunjukkan `program' dari arah penggembalaan dan sekaligus semangat dasarnya sebagai pemimpin Gereja tertinggi.

Ensiklik Laudato Si  

Laudato si'  (bahasa Italia Tengah yang berarti "Puji Bagi-Mu") adalah ensiklik kedua dari Paus Francis. Ensiklik ini memiliki subjudul On the care for our common home (Dalam kepedulian untuk rumah kita bersama). Dalam ensiklik ini Paus mengritik konsumerisme dan pembangunan yang tak terkendali, menyesalkan terjadinya kerusakan lingkungan dan pemanasan global, serta mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengambil "aksi global yang terpadu dan segera".
Ensiklik tersebut, tertanggal 24 Mei 2015, dipublikasikan secara resmi pada siang hari (waktu setempat) tanggal 18 Juni 2015 dan disertai dengan konferensi pers. Vatikan merilis dokumen tersebut dalam bahasa Italia, Jerman, Inggris, Spanyol, Perancis, Polandia, Portugis, dan Arab.
Ensiklik Laudato si' merupakan ensiklik kedua yang dibuat Paus Fransiskus setelah Lumen Fidei (Terang Iman), yang dirilis pada tanggal 29 Juni 2013. Karena sebagian besar isi Lumen fidei merupakan karya pendahulunya, Paus Benediktus XVI, Laudato si' umumnya dipandang sebagai ensiklik pertama yang seluruhnya adalah hasil karya Paus Fransiskus.
Untuk versi Indonesia, diterjemahkan oleh Martin Harun, OFM. Menurutnya versi Bahasa Indonesia ini diterjemahkan dari Laudato Si bahasa Perancis. Versi Inggris itu memang enak dibaca, tetapi karena agak bebas dan idiomatis, dan melewati detail dan nuansa yang ditemukan sejajar dalam beberapa versi lain, kurang cocok untuk dijadikan teks dasar utama untuk terjemahan. Sementara memilih versi Prancis sebagai dasar utama untuk terjemahan Indonesia ini, versi Jerman dan Italia terus digunakan sebagai pembanding. Akan tetapi, bila suatu kalimat agak kompleks atau sulit diungkapkan dalam bahasa Indonesia, selalu diperhatikan pula jalan keluar yang diusulkan oleh versi Inggris.
Martin Harun, OFM menulis, Edisi Bahasa Indonesia ini mungkin masih jauh dari sempurna, namun diharapkan dapat membantu banyak pihak untuk lebih memahami dan segera menanggapi ajakan Paus Fransiskus yang prihatin atas situasi bumi dan dunia ciptaan Allah saat ini. Terima kasih kepada pembaca yang mau memberi usulan perbaikan terjemahan. Dan nanti masih akan ada edisi hard copy yang dengan teliti sedang dipersiapkan dan akan diterbitkan oleh Dokpen KWI.
Martin juga menulis beberapa catatan khusus terkait dengan edisi Bahasa Indonesia ini:
1. Kata yang bermakna jamak (misalnya, ‘cities’ dalam bahasa Inggris) yang harfiah diterjemahkan dengan pengulangan kata (‘kota-kota’), tidak akan diterjemahkan dengan memakai pengulangan itu kalau dari kalimat sendiri sudah cukup jelas bahwa maksudnya jamak atau umum. Juga dilakukan penghematan kata ‘sebuah’, ‘sesuatu’, ‘itu’, dan lain-lain sebagai terjemahan kata sandang dalam bahasa asing.
2. Kutipan Alkitab diambil dari Alkitab TB LAI/LBI (dengan memerhatikan juga revisi terjemahan yang sedang berlangsung, khususnya untuk Deuterokanonika, yang belum terbit). Nama kitab ditulis lengkap demi pembaca yang tidak terbiasa dengan singkatan.
3. Kutipan dari Dokumen Gereja yang sudah ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia, misalnya dari Evangelii Gaudium, Centesimus Annus, Lumen Fidei, diambil dari Seri Dokumen Gereja Dokpen KWI, sejauh tersedia di tempat terpencil saya. Untuk kutipan lain hendaknya ditunggu ketelitian hardcopy Dokpen KWI nanti.
4. Terjemahan semua kutipan dari tulisan Fransiskus dari Assisi diambil dari terbitan resmi dalam bahasa Indonesia. Lihat catatan kaki.
5. Dalam menerjemahkan beberapa kutipan dari pengarang lain diusahakan untuk bertolak dari versi aslinya; misalnya kutipan dari Guardini diterjemahkan dari Laudato Si’ versi Jerman, kutipan dari Yohanes dari Salib dari versi Spanyol.
Semoga terjemahan Laudato Si’ dalam bahasa Indonesia ini berguna bagi banyak orang untuk semakin memiliki kepedulian terhadap bumi dan segenap alam ciptaan serta umat manusia. *** Dari berbagai sumber
Share this article now on :

Posting Komentar