Paus Francis |
Muasal
Secara etimologis, ensiklik berasal dari kata Latin “litterae encyclicae” yang asal muasalnya adalah kata Yunani `ekkuklios' yang berarti `according to…' dan kata `kuklos' yang berarti `circle'. Secara harafiah dapat diartikan “yang dikirim berkeliling”.
Dalam sejarah
Gereja Katolik, pada mulanya ensiklik lebih dikenal dengan kata `circular' yang berarti surat edaran,
surat yang berkeliling di antara para uskup dan uskup agung. Kemudian, mulai
digunakan kata `litterae encyclicae'
untuk menunjuk pada surat yang dikirimkan paus kepada para uskup. Sampai saat
ini ensiklik digunakan untuk membedakannya dari surat-surat paus yang
lain dengan namanya masing-masing, misalnya: bulla, exhortasi apostolik, dll.
Ensiklik merupakan sebuah surat yang bersifat agung dan universal, biasanya teks resmi ditulis dalam bahasa Latin kemudian diterjemahkan ke pelbagai bahasa lain. Ensiklik dikirim kepada para patriark, uskup agung dan uskup di seluruh dunia, bahkan terbuka untuk seluruh umat Allah.
Isinya tidaklah pertama-tama untuk menyampaikan suatu dogma atau ajaran Gereja yang baru, tetapi terutama untuk lebih menggarisbawahi iman Gereja mengenai suatu tema yang aktual. Tujuannya adalah mengemukakan pokok-pokok penting dari ajaran Gereja, menganalisa suatu situasi atau keadaan khusus atau juga mengangkat seorang tokoh yang patut diteladani. Judul sebuah ensiklik biasanya diambil dari beberapa kata pertama dari keseluruhan teks ensiklik tersebut, di dalam bahasa Latin.
Ensiklik yang pertama dikeluarkan oleh Paus Benediktus XIV pada tanggal 3 Desember 1740, berjudul `Ubi primum'. Ensiklik “Deus Caritas Est” Paus Benediktus XVI ini merupakan yang ke-294. Paus Yohanes XXIII menerbitkan 8 ensiklik, Paulus VI menerbitkan 7 ensiklik dan Paus Yohanes Paulus II menerbitkan 14 ensiklik (yang terakhir adalah Ecclesia de Eucharestia, April 2003). Dari pengalaman nampak bahwa ensiklik perdana dari setiap paus menunjukkan `program' dari arah penggembalaan dan sekaligus semangat dasarnya sebagai pemimpin Gereja tertinggi.
Ensiklik merupakan sebuah surat yang bersifat agung dan universal, biasanya teks resmi ditulis dalam bahasa Latin kemudian diterjemahkan ke pelbagai bahasa lain. Ensiklik dikirim kepada para patriark, uskup agung dan uskup di seluruh dunia, bahkan terbuka untuk seluruh umat Allah.
Isinya tidaklah pertama-tama untuk menyampaikan suatu dogma atau ajaran Gereja yang baru, tetapi terutama untuk lebih menggarisbawahi iman Gereja mengenai suatu tema yang aktual. Tujuannya adalah mengemukakan pokok-pokok penting dari ajaran Gereja, menganalisa suatu situasi atau keadaan khusus atau juga mengangkat seorang tokoh yang patut diteladani. Judul sebuah ensiklik biasanya diambil dari beberapa kata pertama dari keseluruhan teks ensiklik tersebut, di dalam bahasa Latin.
Ensiklik yang pertama dikeluarkan oleh Paus Benediktus XIV pada tanggal 3 Desember 1740, berjudul `Ubi primum'. Ensiklik “Deus Caritas Est” Paus Benediktus XVI ini merupakan yang ke-294. Paus Yohanes XXIII menerbitkan 8 ensiklik, Paulus VI menerbitkan 7 ensiklik dan Paus Yohanes Paulus II menerbitkan 14 ensiklik (yang terakhir adalah Ecclesia de Eucharestia, April 2003). Dari pengalaman nampak bahwa ensiklik perdana dari setiap paus menunjukkan `program' dari arah penggembalaan dan sekaligus semangat dasarnya sebagai pemimpin Gereja tertinggi.
Ensiklik Laudato Si
Laudato
si' (bahasa Italia Tengah yang berarti
"Puji Bagi-Mu") adalah ensiklik kedua dari Paus Francis.
Ensiklik ini memiliki subjudul On
the care for our common home (Dalam
kepedulian untuk rumah kita bersama). Dalam ensiklik ini Paus mengritik konsumerisme dan pembangunan yang tak terkendali,
menyesalkan terjadinya kerusakan lingkungan dan pemanasan global, serta mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengambil
"aksi global yang terpadu dan segera".
Ensiklik
tersebut, tertanggal 24 Mei 2015, dipublikasikan
secara resmi pada siang hari (waktu setempat) tanggal 18 Juni 2015 dan disertai dengan konferensi pers. Vatikan merilis
dokumen tersebut dalam bahasa Italia, Jerman, Inggris, Spanyol, Perancis,
Polandia, Portugis, dan Arab.
Ensiklik Laudato si' merupakan ensiklik kedua yang dibuat
Paus Fransiskus setelah Lumen Fidei (Terang Iman), yang dirilis pada tanggal
29 Juni 2013. Karena
sebagian besar isi Lumen fidei merupakan karya pendahulunya, Paus Benediktus XVI, Laudato si' umumnya dipandang sebagai ensiklik
pertama yang seluruhnya adalah hasil karya Paus Fransiskus.
Untuk versi Indonesia,
diterjemahkan oleh Martin Harun, OFM. Menurutnya versi
Bahasa Indonesia ini diterjemahkan dari Laudato Si bahasa Perancis. Versi Inggris itu memang
enak dibaca, tetapi karena agak bebas dan idiomatis, dan melewati detail dan
nuansa yang ditemukan sejajar dalam beberapa versi lain, kurang cocok untuk dijadikan
teks dasar utama untuk terjemahan. Sementara memilih versi Prancis sebagai
dasar utama untuk terjemahan Indonesia ini, versi Jerman dan Italia terus
digunakan sebagai pembanding. Akan tetapi, bila suatu kalimat agak kompleks
atau sulit diungkapkan dalam bahasa Indonesia, selalu diperhatikan pula jalan
keluar yang diusulkan oleh versi Inggris.
Martin Harun, OFM menulis, Edisi Bahasa Indonesia
ini mungkin masih jauh dari sempurna, namun diharapkan dapat membantu banyak
pihak untuk lebih memahami dan segera menanggapi ajakan Paus Fransiskus yang
prihatin atas situasi bumi dan dunia ciptaan Allah saat ini. Terima kasih
kepada pembaca yang mau memberi usulan perbaikan terjemahan. Dan nanti masih
akan ada edisi hard copy yang dengan teliti sedang dipersiapkan dan akan
diterbitkan oleh Dokpen KWI.
Martin juga menulis beberapa catatan khusus
terkait dengan edisi Bahasa Indonesia ini:
1. Kata yang bermakna jamak (misalnya, ‘cities’ dalam bahasa Inggris) yang harfiah diterjemahkan dengan pengulangan kata (‘kota-kota’), tidak akan diterjemahkan dengan memakai pengulangan itu kalau dari kalimat sendiri sudah cukup jelas bahwa maksudnya jamak atau umum. Juga dilakukan penghematan kata ‘sebuah’, ‘sesuatu’, ‘itu’, dan lain-lain sebagai terjemahan kata sandang dalam bahasa asing.
1. Kata yang bermakna jamak (misalnya, ‘cities’ dalam bahasa Inggris) yang harfiah diterjemahkan dengan pengulangan kata (‘kota-kota’), tidak akan diterjemahkan dengan memakai pengulangan itu kalau dari kalimat sendiri sudah cukup jelas bahwa maksudnya jamak atau umum. Juga dilakukan penghematan kata ‘sebuah’, ‘sesuatu’, ‘itu’, dan lain-lain sebagai terjemahan kata sandang dalam bahasa asing.
2.
Kutipan Alkitab diambil dari Alkitab TB LAI/LBI (dengan memerhatikan juga
revisi terjemahan yang sedang berlangsung, khususnya untuk Deuterokanonika, yang belum terbit). Nama kitab ditulis lengkap demi pembaca yang tidak terbiasa
dengan singkatan.
3.
Kutipan dari Dokumen Gereja yang sudah ada terjemahannya dalam bahasa
Indonesia, misalnya dari Evangelii Gaudium, Centesimus Annus, Lumen Fidei,
diambil dari Seri Dokumen Gereja Dokpen KWI, sejauh tersedia di tempat
terpencil saya. Untuk kutipan lain hendaknya ditunggu ketelitian hardcopy Dokpen KWI nanti.
4.
Terjemahan semua kutipan dari tulisan Fransiskus dari Assisi diambil dari
terbitan resmi dalam bahasa Indonesia. Lihat catatan kaki.
5.
Dalam menerjemahkan beberapa kutipan dari pengarang lain diusahakan untuk
bertolak dari versi aslinya; misalnya kutipan dari Guardini diterjemahkan dari
Laudato Si’ versi Jerman, kutipan dari Yohanes dari Salib dari versi Spanyol.
Semoga
terjemahan Laudato Si’ dalam bahasa Indonesia ini berguna bagi banyak orang
untuk semakin memiliki kepedulian terhadap bumi dan segenap alam ciptaan serta
umat manusia. *** Dari
berbagai sumber
Posting Komentar