☆Bagian Kecil Defence Mechanism
Minggu [17/07/2016] arena balap MotoGP Belanda, mempertunjukkan race super dramatis. Bagaimana tidak? Race itu dimulai dalam kondisi lintasan masih tergenangi air. Banyak rider jatuh bahkan yang ternama tidak tampil impresif. Kecuali Rossi yang tetap berada barisan depan.
Kondisi lintasan mulai mengering. Beberapa pembalap ambil keputusan masuk pitstop; mengganti motor. Mereka ini rata-rata di deretan tengah hingga akhir. Race masih tersisa belasan putaran. Marques memilih ganti motor. Keputusan briliant seturut kehendak tim.
Saat itu Rossi berada di urutan ke-3 dengan urutan pertamanya Dovisiozo dari Ducati. Meskipun kondisi ban mereka sudah parah, barisan terdepan ini belum bergegas masuk pitstop. Sementara Marques dengan motor dan ban anyar, merengsek begitu cepat mengejar posisi terdepan.
Rossi bahkan mengabaikan sama sekali "perintah" timnya untuk segera ganti motor. Rossi terkesan menunggu keputusan Dovisiozo. Terbukti, ketika Dovisiozo masuk, pembalap berurutan di belakangnya membeo. Termasuk Rossi. Akhir race, Marques kembali tampil sebagai pemenang seri Belanda. Rossi? Tidak saja hilang podiumnya, pundi-pundi pointnya makin menjauhi Marques.
Apa yang terjadi? Yang pasti: Kesalahan Terletak sepenuhnya dalam diri Rossi, dan Marques cerdas dalam menerapkan strategi dengan ketenangan yang matang.
Rossi selain terperangkap superegonya sendiri karena itu mengabaikan kualitas kerjasama tim, yang tak kalah penting Rossie salah identifikasi dan menetapkan lawannya dalam pertarungan yang sedang berlangsung. Kesalahan fatal yang harus dibayar sangat mahal!
Superegonya membuat Rossi lupa bahwa lawan sesungguhnya adalah Marc Marques! Bukan Dovisiozo meskipun saat itu berposisi terdepan. Marques yang sesungguhnya rival utama, telah bertarung dengan amunisi baru dan fresh; motor dan ban anyar yang sesuai dengan kondisi lintasan terkini. Tanpa pandangan pakar atau ahli saja, tidak mungkin dengan kondisi motor dan ban rusak parah mampu bertarung dengan kendaraan milik Marques. Aksioma!
Sebelum bertarung, sebenarnya Rossi sangat sadar, lawannya yang harus dikejar untuk mendekatkan pointnya adalah Marques. Apalagi pada race sebelumnya Rossi terpaksa menyerah karena jatuh di lintasan dan tak mampu melanjutkan pertarungan. Jarak akumulasi point ia dengan Marques telah jauh. Sayangnya, superego telah menciptakan dirinya keliru dalam mengidentifikasi dan memutuskan-menetapkan lawan sesungguhnya.
Akan berbeda cerita, jika ia mengikuti Marques masuk pitstop mengganti motor. Fokus dan lokus daya intainya telah bergeser jauh. Ia terlena dengan kenikmatan terkini berada di barisan terdepan dan lupa situasi sesungguhnya keseluruhan pertarungan. Sekali lagi lawan Rossi bukan Dovisiozo; bukan dan tidak! Membiarkan Dovisiozo sekehendak bebasnya berbuat di arena termasuk menjurai seri Belanda adalah bijak dan matang. Asal selama Marques terpantau dan tetap dibawa kendali.
Dalam cuplikan contoh kisah di atas, adalah baik mencermati uraian kakek Sigmund Freud [Baca: Froid] tentang Defence Mechanism [Mekanisme Pertahanan Diri]. Saya kira telaahan peletak dasar physikoanalisis ini, mampu memberi setidaknya secuil gambaran yang tengah terjadi dan dialami Rossi.
Kakek Freud menyebut mekanisme pertahanan diri tak lain suatu strategi yang dipakai individu untuk bertahan melawan ekspresi impuls id serta menentang tekanan superego. Menurutnya, Ego mereaksi bahaya munculnya impuls Id memakai dua cara:
1] Membentengi impuls sehingga tidak dapat muncul menjadi tingkah laku sadar; dan
2] Membelokkan impuls itu sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan atau diubah.
2] Membelokkan impuls itu sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan atau diubah.
Memang ada beberapa bentuk Defence Mechanism yang diidentifikasi Freud. Kasus "Salah Mengidentifikasi dan Penetapan Lawan" bisa kita selami dengan piso bedah:
1] PROYEKSI adalah perbuatan untuk mengurangi frustrasi/cemas dengan cara pelampiasan keluar sentimen-sentimen dan dorongan-dorongan ke luar dari dirinya;
2] DISPLACEMENT adalah perbuatan untuk mengurangi frustrasi/cemas dengan cara mengalihkan perbuatan ke perbuatan yang negatif;
2] DISPLACEMENT adalah perbuatan untuk mengurangi frustrasi/cemas dengan cara mengalihkan perbuatan ke perbuatan yang negatif;
3] IDENTIFICATION adalah perbuatan untuk mengurangi frustrasi/cemas dengan cara meniru perbuatan orang lain; dan
4] FANTASI adalah perbuatan untuk mengurangi frustrasi/cemas dengan cara mengkhayal atau membayangkan tentang hal-hal yang belum bisa dicapai.
4] FANTASI adalah perbuatan untuk mengurangi frustrasi/cemas dengan cara mengkhayal atau membayangkan tentang hal-hal yang belum bisa dicapai.
Maka, menciptakan pertarungan lain dalam upaya merengsek pada pertarungan sesungguhnya, untuk menarik lawan masuk di pertarungan baru yang tercipta dengan maksud menjegalnya keluar, memang menawarkan kenikmatan sekaligus mengobati kegagalan obsesi. Tapi tentu saja jika tak pandai mengidentifikasi dan menetapkan siapa sesungguhnya lawanmu, itu sama saja TIDAK SADAR POSISI sekaligus ANDA MENGGALI KUBURANMU SENDIRI. Hehehehe★★★FrancisLamanepa
Lamaholot; 31 jULI 2016
Posting Komentar