Sesi pemaparan Visi, Misi, dan Program Paket DOA EMA pada Debat Publik 12/11, Gedung OMK Keuskupan Larantuka; pict francislamanepa. |
Debat Publik bagian pertama antar Pasangan Calon [Paslon] Pilkada Flotim 2017 telah berakhir. Sebagaimana biasanya debat antar kompetitor, selalu saja berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan sebisa mungkin menyulitkan rival dalam menjawabnya. Pasalnya jelas, semangat rivalitas. Kompetisi. Jawabanpun diupayakan untuk langsung "mematikan"; "skak mate".
Tapi pada debat yang terjadi di Gedung OMK Keuskupan Larantuka, hari Sabtu, [12/11] itu, tidak semuanya berlangsung tegang, menebarkan semangat rivalitas murni. Ada beberapa momen justru berlangsung begitu rileks, penuh dengan canda tawa. Tepuk tangan dan gelak tawa girang audiens membahana. Moment ini terjadi pada saat sesi debat Paket Doa Ema dengan Paket Ande-Paul.
Giliran Doa Ema tiba, Yoseph Lagadoni Herin, calon bupati Doa Ema langsung mengajukan pertanyaan kepada calon wakil bupati Paket Ande-Paul, Paul Tokan. Pertanyaannya hanya ada dua. Ketika Paul Tokan menjawab kedua petanyaan itulah, suasana forum menjadi lebih callingdown, tensi debat menjadi lebih sejuk dan menyenangkan. Bisa jadi lantaran keduanya teman lama dengan latar belakang sesama jurnalis. Bisa jadi juga karakter Paul Tokan yang memang humoris.
Berikut kami transkrip momen yang dimaksud:
"Pertanyaan pertama saya untuk calon wakil bupati. Saya 11 tahun yang lalu juga dari dunia jurnalistik masuk menjadi wakil bupati. Bagaimana anda menyiapkan diri menjadi calon wakil bupati? [Terlihat senyum ketika pertanyaan itu diakhiri. Audience bertepuk tangan].
Baik teman, terima kasih Pak Yosni. Saya.... sudah mencoba beberapa kali menjadi caleg gagal! [Audience tertawa riang. Banyak yang tepuk tangan].
[Moderator, Widya Saputra, menyela tiba-tiba terbawa situasi humoris dari Paul Tokan]: "Asal jangan gagal move on aja pak?"
Ndak mbak. Move on jalan terus. Move on bisa jalan terus. Nggak mungkin gagal. [Paul Tokan menjawabnya dengan kelakar lagi. Audience terbawa suasana humor].
Baik teman. Saya terus terang mempunyai, menjawab untuk menjadi calon wakil bupati ini, seperti yang saya syering kepada teman bahwa ini adalah jawaban untuk gelekat Lewotana yang tidak pernah saya mimpikan.
Saya hanya menjawab "Ya". Karena seorang Andreas Ratu Kedang yang menawarkan, yang memiliki jejak rekam 32 tahun sebagai Pegawai Negeri Sipil menurut catatan jurnalistik saya, tidak pernah ternoda. Karena itu, saya mau mendampingi dia untuk menjadi wakil bupati, yang mungkin ini, kalau Tuhan merestui, ini tempat juga, saya mau berkarya di kampung halaman saya Flores Timur.
Seperti teman juga yang 10 tahun lalu, ketika ditawarkan Simon Hayon untuk mendampingi Pak Simon menjadi wakil bupati pada saat itu. Kita sama-sama dari media. Kita punya persiapan ..... yang kita tahu secara rahasia, kita tidak bisa menghadapi ini, teman. Tetapi saya menjawab ini, hanya untuk menjawab, ini mungkin keinginan Lewotana untuk saya, teman. Terima kasih. [Tepuk tangan dan gelak riang kembali terjadi].
Ada hal berbeda antara idealisme yang kita bayangkan sebagai intelektual, sebagai LSM; kita selalu hidup dalam angan-angan. Terlalu tinggi impian kita. Ketika kita masuk dalam dunia ini [politik praktis-red], kita berhadapan dengan sebuah realitas. Siapkah anda untuk menghadapi realitas itu supaya tidak stress?
Jawabannya, siap teman. [Tepuk tangan dan gelak riang kembali terjadi]
Ok terima kasih.
Maksudnya begini, Pak Yosni. Sekarang saya menjawab siap. Saya harus memberikan apresiasi kepada teman bahwa seburuk-buruknya teman, teman telah mengabdi 5 tahun sebagai wakil bupati, 5 tahun sebagai bupati. Saya apresiasi. Terima kasih, teman. 10 tahun saya mengapresiasi. [Tepuk tangan kembali membahana].
Kalaupun Lewotana menginginkan teman kembali, berarti teman mencatat sejarah pertama untuk bupati 2 periode; jika Leluhur dan Lewotana merestui. Jika tidak, kalau saya menjadi, berarti sayalah jurnalis berikut setelah anda yang menjadi wakil bupati. [Gemuruh tepuk tangan dan gelak riang].
Terima kasih wakil bupati."Momen inilah hemat saya pribadi, berlangsung berbeda dari sebelumnya. Kurang lebih menjadi penetrasi situasi tegang yang tersisa dari sesi sebelumnya. Sebuah debat yang lebih mengarah kepada dialog antara anak tana Lewotana yang masih praktekkan Sistim Nilai Lamaholot meski keduanya sedang berkompetisi. ***francislamanepa
Posting Komentar